Pemanfaatan Cerita Rakyat Maluku dalam Pembelajaran Anak di Sekolah

Oleh:
Faradika Darman, S.S.
(Staf Teknis Kantor Bahasa Maluku)

 

Cerita rakyat adalah salah satu bentuk tradisi lisan yang termasuk dalam tradisi lisan verbal yaitu tradisi lisan yang murni berbentuk lisan. Cerita rakyat merupakan cerminan dan memiliki peranan yang penting dalam menyimpan kebudayaan dan mempertahankan eksistensi diri. Selain itu, cerita juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan, dan nilai-nilai tersebut kepada generasi berikutnya.

Bentuk-bentuk tradisi lisan di atas tidak hanya digunakan untuk mengisahkan sebuah cerita, tetapi juga untuk mewariskan berbagai tradisi dan nilai-nilai serta keperluan-keperluan lain yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, terkandung wawasan budaya luhur bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Nilai-nilai luhur itu perlu ditransformasikan kepada anak-anak serta generasi penerus yang ada di sekolah. Melalui pembelajaran sastra diharapkan anak mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari karya sastra yang perlu ditempatkan pada tempat yang selayaknya. Oleh karena itu, pembelajaran sastra di sekolah perlu diupayakan secara maksimal.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Maluku adalah salah satu provinsi yang sangat kaya dengan tradisi dan cerita-cerita sejarah warisan nenek moyang. Cerita-cerita tersebut pada zaman dulu biasanya dimanfaatkan sebagai pengantar tidur anak, bercerita pada saat santai dengan keluarga dan lain-lain. Tanpa disadari semua nilai yang terkandung dalam cerita tersebut masuk dan dipahami oleh pendengarnya khususnya anak-anak yang memang dalam masa perkembangan harus diisi dengan nilai-nilai positif yang dapat diapresiasikan nanti dalam kehidupannya di masa yang akan datang.

Penanaman nilai tidak hanya dapat dilakukan dalam lingkup pendidikan formal namun cara efektif untuk mengarahkan dan mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai luhur adalah melalui keluarga walaupun tidak formal namun tetap menyenangkan. Sebuah fakta yang sangat disayangkan, tontonan-tontonan seperti dulu itu sangat jarang kita lihat sekarang ini karena pengaruh zaman yang setiap detik selalu menawarkan adanya kecanggihan teknologi yang tentunya lebih menarik perhatian anak-anak dan generasi muda. Hal ini tentu menjadi keprihatinan kita bersama melihat tradisi yang secara lisan disampaikan turun temurun itu perlahan hilang dan terancam mengalami kepunahan.

Maluku dikenal dengan negeri para raja, tersebar luas dalam 11 kabupaten/kota menyimpan banyak cerita rakyat seperti legenda mitos ataupun cerita sejarah yang tidak hanya sekadar cerita tanpa makna, tetapi jika dikaji cerita-cerita itu adalah gerbang budaya yang sangat penting untuk diketahui oleh generasi muda. Dari cerita-cerita yang dituturkan itu kita bisa mengetahui sejarah, budaya, cara berpikir, usaha-usaha orang tua zaman dulu dengan prinsip-prinsip kehidupan, ajaran yang dibawa serta perilaku yang diajarkan pada saat itu, sudah barang tentu menyimpan banyak sekali nilai di dalamnya.

Sejarah Maluku banyak tersimpan dalam cerita-cerita rakyat. Cerita-cerita tersebut menggambarkan sejarah dan memperkenalkan budaya masyarakat. Melalui cerita rakyat selain sebagai pembentuk nilai sekaligus mengajarkan kepada anak tentang budaya masyarakat yang menjadi jati diri orang Maluku. Contoh cerita rakyat Maluku misalnya Putri Tujuh, Batu Badaong, Nene Luhu, Ikan Lompa,  Asal Usul Cengkih, Air Tukang, dan lain-lain.

Melalui cerita rakyat, empat keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat ditingkatkan melalui pengajaran cerita rakyat sebagai materi pengajaran. Dalam mempelajari sebuah karya sastra, secara otomatis anak didik dapat menyimak cerita dari guru atau teman-temannya. Mereka dapat mengungkapkan kembali cerita tersebut, pada sisi lain mereka juga dapat menuliskan isi cerita dengan bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang dilakukan oleh para tokoh cerita akan dijadikan inspirasi untuk membentuk dan mengembangkan cipta, rasa dan karsa dari anak didik di masa yang akan datang. Begitu juga dalam pembentukan watak anak didik, mereka akan mencontoh sifat dan karakter serta perilaku tokoh dalam cerita tersebut.

Setiap karya sastra yang baik, termasuk cerita rakyat, selalu mengungkapkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai-nilai tersebut bersifat mendidik serta menggugah hati pembacanya. Nilai-nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, nilai adat, nilai agama (religi).Cerita rakyat dapat digunakan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan apresiasi sastra Indonesia dan daerah di sekolah, di masa akan datang dapat membentuk watak anak yang nantinya akan dapat menciptakan dan mengembangkan inspirasi cipta, rasa dan karsa pada diri anak di kala krisis moral sedang melanda negeri ini.

Semua bentuk karya sastra memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dilandasi bahwa kodrat karya sastra adalah produk sosial masyarakat. Membaca karya sastra pada hakikatnya membaca kehidupan, karena itu secara langsung maupun tidak langsung nilai dan pesan yang dikandungnya dapat terefleksi dalam diri pembacanya. Sebagaimana fungsinya dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Setelah membaca maka efek yang diharapkan adalah terasahnya jiwa pembacanya sehingga menjadi arif terhadap kehidupan.

Pengaruh sastra pada jiwa seseorang turut andil dalam membangun kecerdasan emosi pembacanya. Membangun jiwa diawali dari pendidikan paling dasar, karena itu memberikan bacaan sastra bagi siswa yang dimulai dari sekolah dasar dapat membantu perkembangan kecerdasan emosi siswa. Secara lebih mendasar dapat dikatakan bahwa pengajaran sastra, yakni cerita rakyat, memiliki banyak manfaat dan dapat membantu pendidikan secara utuh dan perlu mendapat perhatian karena akan mengalami kepunahan jika tidak segera dilestarikan. Pembelajaran melalui cerita rakyat tidak hanya membantu anak dalam mengelola kecerdasan berpikir, emosi dan kreativitas menulis tetapi menanamkan nilai-nilai budaya daerah Maluku yang tersimpan dalam cerita tersebut. Hal ini merupakan bentuk revitalisasi budaya agar terhindar dari kepunahan.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 + one =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top