Peran Komunitas dalam Pengembangan Sastra di Maluku

Oleh: Faradika Darman, S.S.
(Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Maluku)

Pengembangan sastra di Maluku dapat dikatakan semakin hari semakin membaik. Hadirnya komunitas-komunitas atau sanggar-sanggar sastra mewarnai perjalanan dan pengembangan sastra di “bumi raja-raja” ini.  Hal tersebut patut diapresiasi. Di tengah era modernisasi yang tiap detik menawarkan kesenangan-kesenangan berjelajah dengan berbagai macam bentuk media sosial dan luasnya jangkauan internet tidak menyurutkan keaktifan dan keinginan generasi-generasi Maluku yang tergabung dalam sanggar/komunitas seni dan sastra. Stigma dan pandangan sinis sebagian besar masyarakat terhadap sastra pun tak mengurungkan niat para penjaga sastra lokal Maluku ini untuk tetap bergandengan tangan dalam mengembangkan, melestarikan, dan memperkenalkan sastra di Maluku. Komunitas sastra dapat dikatakan sebagai wadah, sarana, dan tempat untuk menyalurkan ekspresi secara positif. Komunitas sastra tidak hanya menjadi wadah pembinaan calon penulis dan pengembangan apresiasi sastra, tetapi juga ikut memberikan arah perkembangan keunikan dan kekhasan kesastraan Maluku. Di dalamnya tergabung tidak hanya orang tua dan generasi muda, tetapi anak-anak pun turut berpartisipasi, dan menjadi bagian yang selalu tumbuh bersama dengan komunitas sastra. Komunitas sastra sungguh membawa dampak positif tidak hanya untuk perkembangan sastra, namun berperan aktif dalam pengembangan dan pembentukan karakter anak dan generasi muda. Selain itu, keberlangsungan sastra daerah pun tak luput dari peran komunitas sastra.

Para pegiat komunitas terus berupaya mendorong pertumbuhan dan perkembangan sastra lokal Maluku ke arah lebih baik agar nantinya tidak hanya bermanfaat untuk pegiat sastra namun dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan berbau sastra dan seni menjadi kegiatan rutin yang wajib dipertontonkan dalam situasi dan keadaan yang sederhana namun tetap bermakna. Di dalam kegiatan-kegiatan formal seperti seminar, festival musikalisasi puisi, kegiatan penyuluhan bahasa dan sastra, para pegiat sastra tampil dalam pembacaan-pembacaan puisi. Kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah para pegiat senantiasa memperkenalkan budaya Maluku kepada anak-anak binaan dalam setiap komunitas. Mengenalkan sastra dan budaya lokal sejak dini akan berdampak baik pada pengetahuan dan keterampilan anak dan generasi muda ke depan. Kesadaran akan pentingnya sastra baik sastra lisan maupun sastra tulis dan budaya Maluku yang kian jauh dari generasi muda, kehadiran komunitas tentunya membawa udara segar karena tidak hanya melestarikan namun juga sebagai bentuk pewarisan budaya kepada generasi selanjutnya. Melalui kegiatan bertutur, berpantun, berpuisi, generasi muda Maluku diajarkan bagaimana cara mencipta yang baik, mengembangkan kemampuan berpikir, melatih keberanian, dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Anak-anak mendapatkan tempat bermain sekaligus sebagai tempat belajar. Melalui sastra generasi muda diberikan pengetahuan tentang sejarah dan budaya Maluku, diperkenalkan dengan berbagai cara yang menarik. Budaya Maluku yang mungkin sudah tidak diperkenalkan lagi di bangku sekolah atau pendidikan formal, di dalam komunitas anak-anak dan generasi muda selalu disajikan dengan berbagai bentuk seni, sastra, dan budaya Maluku.

Kehadiran komunitas-komunitas sastra sudah seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah daerah dan instansi terkait agar dapat bersinergi untuk menyelamatkan, menjaga keberlangsungan hidup sastra, seni, dan budaya Maluku agar tidak punah dan lebih bersahabat dan dekat dengan masyarakat. Memberikan kesempatan dan ruang kepada komunitas dan sanggar untuk berekspresi menyalurkan kreativitas bersastra adalah salah satu bentuk apresiasi yang harus dilakukan. Kemudian, pemberian penghargaan sebagai bentuk penghormatan kepada maestro dan pegiat menjadi perlu demi menjaga dan menjadikan sastra lebih bernilai dan dihargai oleh masyarakat. Hal ini selain bermanfaat untuk para pegiat, namun secara perlahan dapat mengubah pola pikir atau pandangan masyarakat tentang sastra. Menjaga sastra adalah menjaga budaya. Menjaga budaya adalah menjaga identitas dan melindungi jati diri.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seventeen − five =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top