Festival Teater: Ajang Unjuk Gigi antar Komunitas-Sanggar Maluku

Mempelajari teater (dan juga cabang sastra lainnya) tidak hanya menjadi sekadar hobi. Teater atau drama memberikan banyak pelajaran hidup lewat sajian pentas yang mengandung banyak pesan moral. Aktif dalam kegiatan pementasan teater memberikan kesempatan kepada pelaku seni peran untuk belajar tidak hanya lewat naskah tetapi juga lewat pergesekan dan keseharian dalam kelompok.

Dalam 10 tahun belakangan ini di Maluku banyak kelompok-kelompok seni peran, baik komunitas maupun sanggar, yang tumbuh di tengah masyarakat. Kelompok yang banyak diprakarsai anak muda ini lahir karena kerinduan belajar dan bermain seni peran tidak mereka dapati di lingkungan formal seperti sekolah. Sayangnya, perhatian terhadap kelompok-kelompok ini sangat minim. Meskipun mempunyai semangat belajar tinggi, komunitas dan sanggar ini tidak mendapat cukup waktu tampil yang justru penting untuk mengasah kemampuan mereka. Jarang sekali ada lomba, temu komunitas, atau acara sejenis yang mampu mempertemukan kelompok-kelompok diatas untuk saling berbagi ilmu.

Kantor Bahasa Maluku melihat kegelisahan itu. Lewat kegiatan Festival Teater Bagi Komunitas dan Sanggar Di Maluku, KBM menyediakan ruang pertemuan yang dikemas diatas panggung yang layak. Ketua panitia festival, Arie Rumihin, menegaskan pentingnya kegiatan ini bagi perkembangan seni peran di Maluku. “KBM sebenarnya ingin merangsang gairah seni peran di Maluku dengan memberi banyak panggung kepada teman-teman komunitas dan sanggar”.

Mengundang 10 komunitas dan sanggar, festival yang berlangsung 23 Mei 2017 di Student Centre, FKIP, Universitas Pattimura ini berlangsung semarak. Masing-masing kelompok diwakili 10 orang pemain ditambah kru dan suporter membuat gedung milik Fakultas Keguruan tersebut diisi hampir 200 orang. “Ini mungkin pertama kalinya komunitas sanggar bertemu di panggung yang sama dalam jumlah sebanyak ini”, lanjut Arie.

Suasana padat dan gerah pun tidak mampu menurunkan semangat teman-teman komunitas sanggar. Arie menambahkan, komunitas sanggar memang harus tampil maksimal. “Mereka dinilai. Ada tiga senior seni peran yang kita undang, masing-masing, Jacky Manuputty, Said Magrib, dan Dr. Asrif mewakili KBM. Hasil penilaian ini akan dikembalikan kepada masing-masing kelompok untuk pengembangan komunitas atau sanggar”, jelasnya.

Festival yang berlangsung hampir delapan jam ini menghasilkan banyak masukan kepada tiap kelompok. Ada yang dikritisi soal penempatan posisi (blocking), musik latar, vokal, dan lainnya. Kepala Kantor Bahasa, Dr. Asrif, M.Hum., dalam penilaiannya sempat menyinggung komitmen KBM bagi teater drama sangat tinggi. “Ini kegiatan rintisan. Lewat kegiatan ini kami menilai seberapa jauh kemampuan teman-teman komunitas sanggar di Maluku. Tahun depan kami akan buat pelatihan-pelatihan. Materi pelatihannya ya apa yang menjadi kekurangan dari penampilan saudara hari ini. Setelah itu adakan Festival lagi. Begitu seterusnya”, terang Asrif.[]AR

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × four =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top