Beriringan dengan berjalannya Kongres Internasional dan Lokakarya Bahasa Daerah Maluku 2017, tanggal 7-8 September 2017 di Hotel Marina, Jalan Yan Pays Nomor 16, Ambon, Kantor Bahasa Maluku (KBM) juga menyelenggarakan sebuah kegiatan yang tidak kalah pentingnya. Disaat kebanyakan peserta sedang tekun menyimak pemaparan peserta kongres, staf KBM ‘menculik’ beberapa peserta secara bergantian untuk menjadi narasumber Visualisasi Bahasa dan Sastra Daerah.
Peserta yang dipilih khusus ini memang diundang langsung dari daerah masing-masing untuk melengkapi daftar kosakata swadesh, nyanyian, dan cerita rakyat. Tercatat ada 10 peserta yang mengikuti proses perekaman ini. Ada nama-nama seperti Junus Okimekma, Pegiat Seni Tyarka asal Pulau Bebar, Maluku Barat Daya (MBD), ada juga Djafar Lain, tokoh masyarakat Kaitetu, dan Huna Maatoke, pegiat bahasa Noaulu.
Proses perekaman yang dilakukan di ruangan terpisah untuk menjaga kejernihan suara ini ditangani tenaga profesional. Hal ini tentu untuk menghasilkan mutu rekaman yang baik. Tiap-tiap peserta direkam sekitar 30 menit dengan konsumsi waktu terbanyak ada pada daftar kosakata swadesh dikarenakan peserta harus menyebutkan satu-persatu dari 200 kata yang ditentukan.
Masing-masing peserta juga menampilkan kekhasan daerahnya baik lewat nyanyian, kapata, dll. Junus Okimekma misalnya, datang dari Tela, MBD, Junus menyanyikan Tyarka dengan sangat apik. Bercerita tentang tenggelamnya pulau asal masyarakat Bebar, Tyarka yang adalah nyanyian berlirik sejarah tersebut terdengar pilu dan menyayat hati. Tidak banyak penyanyi Tyarka selain Junus, bahkan di MBD sendiri jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Karena itulah proses visualisasi ini menjadi lebih mendesak.
Para peserta sendiri memahami kondisi diatas. Junus dengan jujur mengakui pentingnya dilakukan kegiatan-kegiatan visualisasi lanjutan. “Saya berharap KBM terus melakukan kegiatan seperti ini. Masih banyak cerita yang perlu direkam agar tidak hilang. Penerus kami-pun tidak banyak,” akunya. []AR