Kongres Internasional Rasa Maluku

Aula utama Hotel Marina, Jalan Yan Pays Nomor 16, Uritetu, Ambon, penuh sesak oleh 300 undangan yang hadir. Hari itu, Kamis, 7 September 2017, Kantor Bahasa Maluku (KBM) memulai rangkaian empat kegiatan yang dikemas dalam satu judul besar, Kongres Internasional dan Lokakarya Bahasa daerah Maluku Tahun 2017. Ini adalah kegiatan utama KBM di tahun 2017 karena mengundang begitu banyak pemangku kepentingan dengan satu tujuan penting, mewujudkan Peraturan Daerah (Perda) Bahasa Daerah Maluku.

Kegiatan yang dibuka langsung Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dadang Sunendar, bersama Staf Ahli Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan Dr. Frona Koedoeboen, yang mewakili Gubernur Maluku, ini menghadirkan 45 orang pemakalah terseleksi untuk menampilkan hasil penelitiannya. Dadang yang hadir untuk kedua kalinya di Ambon mengakui beratnya kondisi geografis Maluku dalam upaya pelestarian bahasa. “Sudah kondisinya berat, (terdiri dari) banyak pulau, bahasanya banyak pula. Ini tantangan buat Badan Bahasa dan unit daerah kami, Kantor Bahasa Maluku,” ujarnya dalam sambutan.

Beberapa nama besar yang tampil sebagai pemakalah utama dalam kegiatan Kongres Internasional pertama besutan Kantor Bahasa Maluku ini antara lain, Prof. James T. Collins, peneliti bahasa yang telah menghabiskan lebih dari 30 tahun meneliti di Maluku; Prof. John Pieris, S.H., M.S., anggota DPD-RI Perwakilan Maluku; Dr. Hurip Danu Ismadi, M.Pd., Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Badan Bahasa; Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, M.A., Deputi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Prof. Multamia MRT., DEA., dan Prof Allan Frank Lauder dari Universitas Indonesia; Dr. Chong Shin dari Universiti Kebangsaan Malaysia, dan banyak lagi.

Mayoritas pemakalah yang tampil selama Kongres membawakan hasil penelitian kebahasaan dan kesusastraan Maluku. Hasil-hasil ini tentu sangat penting sebagai tambahan data dalam upaya pelestarian bahasa dan sastra di Negeri Raja-Raja.

Kegiatan kongres sendiri menghabiskan 2 hari penyelenggaraan, tanggal 7-8 September, dan pada tanggal 9 pemakalah diajak berkeliling lokasi wisata di Pulau Ambon dalam Tur Wisata.[]AR

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

three + ten =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top