Faradika Darman
(Pengkaji Kebahasaan dan Kesastraan, Kantor Bahasa Maluku)
Dewasa ini, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah kosakata bahasa Indonesia di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) melalui sumbangan kosakata-kosakata bahasa daerah. Dikutip dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (badanbahasa.kemdikbud.go.id) diketahui bahwa terdapat penambahan sekitar 30.000 lema dalam KBBI terbaru. KBBI edisi kelima ini terbit dalam tiga versi yaitu bentuk cetak, daring, dan luring.
Perkembangan bahasa tersebut juga tidak menutup kemungkinan adanya perkembangan bahasa slang. Bahasa slang dalam KBBI berarti ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Penggunaan bahasa slang dari generasi ke generasi lainnya tidak pernah berhenti. Sebagian orang menyatakan bahwa bahasa slang ini diciptakan sebagai bahasa kode atau bahasa rahasia untuk kalangan tertentu saja. Namun seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa slang semakin luas dan melebihi Penggunaan bahasa formalnya sendiri. Hal ini sejalan dengan perkembangan media sosial yang kian cepat menyebabkan munculnya bahasa, istilah, ataupun kosakata-kosakata baru.
Saat ini, (banyak terdapat) seringkali kita jumpai penciptaan kata atau istilah-istiah baru. Generasi milenial, generasi digital, atau generasi yang hidup (saat) di era modernisasi kini memiliki cara-cara unik untuk menciptakan fenomena berbahasa yang dianggap kekinian. Istilah-istilah baru terbentuk dari hasil menyingkat kata, mengganti huruf dengan angka yang mirip, atau mencampuradukkan dua bahasa yang berbeda dengan maksud kejenakaan ataupun sekadar mengikuti tren. Ada juga yang memopulerkan istilah tidak baku yang terbentuk dari hasil modifikasi kosakata bahasa Indonesia baku. Campur kode bahasa ataupun berbagai bentuk istilah baru sebagian besar bersifat suka-suka atau tidak memerhatikan kaidah dan konsep berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan popularitas, menunjukkan identitas diri/kelompok, dan mengikuti (tren) gaya masa kini.
Akhir-akhir ini kita seringkali mendengar istilah kids jaman now di berbagai tempat dan kesempatan, terutama di media sosial. Kalimat-kalimat dalam cuitan itu terdiri atas campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Fenomena kids jaman now adalah salah satu contoh campur kode bahasa, yakni antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Walaupun jika dilihat dengan cermat masih terdapat kesalahan penulisan kata baku dan tidak baku pada kata ‘jaman’ yang merupakan bentuk tidak baku dari kata zaman yang berarti waktu; kala; jangka waktu yang panjang atau pendek yang memnandai sesuatu.
Dalam era media sosial seperti sekarang ini banyak tercipta frasa-frasa baru yang dianggap kekinian dengan menggunakan campur kode bahasa. Secara sederhana, campur kode dijelaskan sebagai peristiwa penggunaan bahasa atau unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa atau peristiwa pencampuran bahasa. Terjadinya campur kode disebabkan oleh tidak adanya padanan kata dalam bahasa yang digunakan untuk menyatakan atau menguraikan suatu maksud. Faktor lainnya adalah kesantaian dan kebiasaan pemakai bahasa yang bisanya terjadi dalam situasi informal.
Campur kode pada istilah kids jaman now terbentuk pada tataran yang paling rendah yaitu kata dan campur kode pada ruang lingkup klausa menjadi tingkat tataran yang paling tinggi. Unsur bahasa, baik berupa kata atau klausa yang disisipkan dalam campur kode tidak lagi mendukung fungsi bahasa secara utuh tetapi telah menyatu dengan bahasa yang telah disisipi. Seperti halnya pada kids jaman now yang bermaksud untuk menyatakan ‘anak-anak zaman sekarang’ yang pada penggunaanya lebih berkonotasi negatif. Istilah tersebut terbentuk dari campur kode pada tataran kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Penggunaan bahasa slang dan munculnya istilah-istilah baru menjadi bagian dari komunikasi dan perkembangan bahasa yang tidak dapat dihindari seiring dengan pekembangan zaman. Bahasa slang tidak berarti menjadi ancaman bagi keutuhan bahasa Indonesia karena bahasa slang dengan sendirinya akan hilang dan berganti sesuai dengan selera, zaman, dan generasi penerusnya. Generasi muda yang menjadi pencipta dan pengguna bahasa slang, harus dengan bijak dan cerdas memilih dan memilah bahasa yang digunakan, mengingat bahwa istilah-istilah atau bahasa slang menyebar dengan sangat cepat dan populer pada generasi milenial, pengguna media sosial, juga pada masyarakat yang ingin selalu merasa kekinian.