Adi Syaiful Mukhtar
(Pengkaji Kebahasaan dan Kesastraan, Kantor Bahasa Maluku)
Sebuah kejadian akan terekam dengan baik jika dituliskan. Penulisan tersebut tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah untuk dipublikasikan atau disimpan sebagai dokumen pribadi. Publikasi dimaksudkan untuk mengabarkan sebuah kejadian kepada khalayak. Sama halnya dengan deretan tulisan di surat kabar, majalah, dan sebagainya. Rangkaian kata dan kalimat pada media tersebut diharapkan mampu menyampaikan sebuah kejadian dengan serinci mungkin agar pembaca dapat larut dalam cerita penulis.
Setiap anggota masyarakat membutuhkan informasi setiap hari. Kebutuhan tersebut tampaknya makin berkembang dan beragam. Perkembangan dan keberagaman inilah yang kemudian menjadi rambu-rambu para media untuk selalu menyediakan berita yang berkualitas, aktual, dan tidak membosankan. Sudah seharusnya berita yang disediakan dapat dikemas dengan baik dan benar. Sehingga informasi dapat tersampaikan dengan sangat komunikatif.
Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat (KBBI). Sebuah berita disusun atas dasar fakta lapangan yang telah dikumpulkan oleh seorang wartawan. Fakta lapangan tersebut berupa catatan berdasarkan pengamatan, foto, dokumen, dan sebagainya. Catatan tersebut dapat dituangkan menjadi rangkaian deskripsi berita. Deskripsi tersebut akan didukung oleh fakta lapangan lain. Fakta lapangan lain tersebut adalah hasil wawancara pelaku atau saksi kejadian. Hasil wawancara dapat dituangkan ke dalam teks berupa kutipan atau deskripsi. Lain halnya dengan kutipan dalam artikel ilmiah. Kutipan dalam sebuah berita itu berupa kalimat langsung atau tidak langsung.
Ragam kutipan dalam berita atau cerita (feature) mempunyai lima variasi (Ishwara, 2011:163). Ragam kutipan pertama adalah kutipan langsung. Kutipan langsung ialah menuliskan seluruh kata yang diucapkan oleh narasumber atau informan. Kutipan langsung tersebut diapit oleh tanda petik. Kata-kata yang dituliskan hanya dibersihkan dari jeda yang tidak perlu, misal eee…, ekh…, dan sebagainya. Kemudian kutipan berikutnya adalah kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung berisi kata-kata yang disampaikan oleh narasumber atau informan tapi tidak menggunakan tanda petik. Kutipan tidak langsung lebih banyak menggunakan bahasa penulis sebagai orang ketiga. Kutipan tersebut berisi kurang lebih apa yang disampaikan oleh informan dan bagaimana cara menyampaikannya. Ragam kutipan yang ketiga adalah kutipan parafrasa. Kutipan ini berisi apa yang dikatakan oleh informan. Namun, kutipan ditulis dengan gaya bahasa penulisnya atau wartawan. Ragam kutipan berikutnya adalah kutipan fragmentaris. Kutipan fragmentaris ialah gabungan dari parafrasa dan kutipan langsung. Kemudian ragam kutipan yang terakhir adalah dialog. Ragam kutipan ini ditulis jika dua atau lebih informan dikutip dalam suatu diskusi tanya-jawab. Namun, jarang sekali ragam kutipan ini digunakan.
Lima ragam kutipan di atas merupakan variasi yang dapat digunakan secara bergantian. Perlu adanya pegangan untuk menentukan penggunaan kutipan. Jika sebuah kutipan itu menarik perhatian pembaca sudah sepatutnya dapat disampaikan ke dalam berita. Biasanya kutipan tersebut berisi pernyataan yang kontroversial, unik, dan sebagainya tetapi masih bersangkutan dengan berita yang diangkat. Selain itu, kutipan yang digunakan harus informatif. Pernyataan dari sebuah kutipan berita harus bersifat informasi. Jika pernyataan informan hanya melecehkan atau menghina pihak tertentu maka tidak perlu dijadikan sebagai kutipan berita.
Kutipan yang baik dalam berita adalah kutipan yang mendukung pembuka, paragraf inti, atau masalah dalam berita. Seringkali informan ketika wawancara berlangsung melontarkan gurauan yang tidak bernilai berita. Pernyataan yang tidak mendukung masalah dalam berita inilah yang tidak perlu dijadikan sebagai kutipan berita. Namun, wartawan juga harus mampu membedakan antara anekdot dengan opini santai yang sebenarnya menggambarkan perasaan informan. Kutipan digunakan dalam berita juga berfungsi untuk menyampaikan opini dan perasaan informan. Hal tersebut harus mampu dideskripsikan oleh penulis atau wartawan karena biasanya hanya tersirat dari pernyataan langsungnya.
Kutipan tidak memuat kata-kata yang tidak jelas. Hal tersebut akan membuat pembaca kesulitan untuk menghubungkan fakta-fakta berita. Kata ambigu juga sangat dihindari dalam penggunaan kutipan dalam berita. Lebih baik mengganti kata yang tidak jelas dan ambigu dengan kata yang sepadan agar tidak terjadi multitafsir. Selain itu, kutipan panjang merupakan kutipan yang buruk dan tidak menarik. Lebih baik menggunakan kutipan dengan seperlunya karena pada dasarnya penggunaan kutipan hanyalah penguat berita.
Penjelasan ini sudah sepatutnya menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan sebuah kutipan dalam berita. Kutipan yang baik akan menggiring pembaca untuk seakan-akan mendengarkan pembicaranya sendiri sehingga pembaca akan mencurahkan perhatiannya ke berita itu. Namun, sebagian wartawan membatasi diri dalam penggunaan kutipan. Hal tersebut dikarenakan kutipan dirasa akan memenuhi halaman berita dan tidak bisa menyampaikan sebanyak informasi seperti penguraian dengan kata-kata