Perkembangan Teater di Pulau Ambon

Faradika Darman

(Pengkaji Kebahasaan dan Kesastraan, Kantor Bahasa Maluku)

 

Seiring berkembangnya zaman dan semakin modernnya peradaban manusia maka kesenian teater (drama) tradisional atau sering juga disebut teater daerah semakin ditinggalkan, padahal seperti halnya kesenian teater pada umumnya berkembang pesat di perkotaan. Kesenian pertunjukkan teater tradisional juga banyak memiliki dan menyimpan nilai kekayaan sebagai seni tutur, bahkan kesenian pertunjukan teater tradisional banyak menyampaikan nilai-nilai filosofi hidup yang disampaikan secara halus dan pengolahannya didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya.

Teater atau drama tradisional lahir, tumbuh, dan berkembang pada satu masyarakat dari kehidupan budaya daerah dan terbina oleh suatu tradisi khas daerah. Sebagai suatu kesenian, teater hadir pula dalam bingkai kebudayaan nasional dalam hamparan kebudayaan yang lebih luas yang membaurkan berbagai macam tradisi, adat istiadat dan cerita-cerita rakyat. Oleh karena itu, teater tradisional pada satu pihak adalah unsur budaya daerah, milik masyarakat daerah, dan pada pihak lain merupakan bagian dan kebanggaan nasional. Teater tradisional selain berfungsi sebagai hiburan, juga berperan sebagai sarana pendidikan, penebal rasa solidaritas kolektif (kelompok), dan penyampai kritik sosial dengan cara-cara yang sangat terdidik.

Teater tradisional memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, misalnya bentuk dan cara penyajian, gerak fisik, latar (setting), serta irama pengiringnya. Ciri spesifiknya menggambarkan kedaerahan dan kebudayaan lingkungannya yang kaya akan pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Terkait dengan itu, pentas seni teater daerah di Maluku beberapa waktu lalu diadakan di Negeri Hitu yang masuk dalam daerah administratif Kabupaten Maluku Tengah. Temu teater sepulau Ambon itu melibatkan komunitas teater dan sastra yang ada di Kota Ambon dan pulau-pulau di sekitarnya. Kegiatan ini biasanya menjadi kegiatan yang selalu dilakukan setiap bulan. Komunitas-komunitas  yang biasa terlibat adalah Komunitas Teater Batu Karang (UKIM), Merah Saga (Unpatti), Bengkel Seni Embun, Teater Kapahaha (Morella), Hikayat Tanah Hitu (Hitu Lama),  Komuntas Pencinta Seni Kopi Wakal (Wakal), Komunitas Rumah Kita (Hila), Bengkel Sastra Maluku, Komunitas Teater Obor Mas (SMA LKMD Laha), dan lain-lain.

Pertunjukan dengan latar atau setting yang masih sederhana, diselenggarakan dalam pentas terbuka yaitu di pelataran pelabuhan rakyat Negeri Hitu. Suasana kekeluargaan dan keakraban sangat tampak antar satu pemain dengan pemain lainnya, satu komunitas dengan komunitas lainnya, serta pemain dengan penontonnya. Tanpa disadari kegiatan-kegiatan kecil seperti ini adalah bentuk penyelamatan dan pemertahanan tradisi lokal daerah Maluku. Mereka tidak pernah dibayar atau dibiayai oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan negara.

Kelompok-kelompok yang tergabung di dalamnya terdiri atas orang tua, remaja, dan bahkan anak-anak menyatu dan berkreasi menghasilkan karya-karya yang positif dan memiliki efek yang sangat besar dalam menggiatkan kembali kekayaan daerah yang juga merupakan kekayaan republik ini. Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti itu juga sebagai wadah dan sarana generasi muda untuk menyalurkan minat, bakat, dan menyibukkan diri pada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Berkaca pada realitas yang ada, hilangnya pertunjukan tradisional seperti teater ini akibat adanya modernisasi, ketidakpedulian generasi muda, dan juga tidak ada dukungan dari pemerintah, padahal pertunjukan seperti ini adalah aset berharga yang takbisa digantikan oleh apapun. Pertunjukan tradisional adalah bukti kehebatan suatu kebudayaan. Jika lambat laun pertunjukan yang masuk dalam ranah seni hilang, kebudayaan pun juga bisa dikatakan sedang mengalami masa buruk. Sebagai generasi muda hendaknya kita mampu menyelamatkan aset berharga ini.

1 komentar untuk “Perkembangan Teater di Pulau Ambon”

  1. terimakasih info ini

    Seiring berkembangnya zaman dan semakin modernnya peradaban manusia maka kesenian teater (drama) tradisional atau sering juga disebut teater daerah semakin ditinggalkan, padahal seperti halnya kesenian teater pada umumnya berkembang pesat di perkotaan. Kesenian pertunjukkan teater tradisional juga banyak memiliki dan menyimpan nilai kekayaan sebagai seni tutur, bahkan kesenian pertunjukan teater tradisional banyak menyampaikan nilai-nilai filosofi hidup yang disampaikan secara halus dan pengolahannya didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

18 + one =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top