DIALEK

Erniati

Kantor Bahasa Maluku

Saat Anda berada di daerah lain, Anda akan mendengar ucapan atau tutur yang berbeda dengan gaya tutur anda. Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata dialek? Ada orang yang mengatakan dialek adalah substandar atau standar rendah dari suatu bahasa. Ada juga yang mengatakan bahwa dialek sering dihubungkan dengan bahasa, terutama bahasa tutur dalam daerah tertentu. Ada lagi yang berpendapat bahwa dialek adalah beberapa bentuk penyimpangan berbahasa dikaitkan memberikan gambaran berbeda di benaknya ketika mendengar kata dialek.

Istilah dialek, tentu tidak asing bagi pakar linguistik, peneliti bahasa, mahasiswa jurusan bahasa, dan pemerhati bahasa.  Salah satu hal yang sangat sering dibicarakan dalam sosiolinguistik adalah dialek. Secara spesifik, dialek dipelajari dalam salah satu disiplin ilmu yaitu dialektologi. Dialektologi mempelajari dialek-dialek. Pada mulanya dialek dipergunakan dalam hubungannya dengan keadaan bahasa.

Di beberapa negara terdapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan pendukungnya masing-masing, tetapi hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu, ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan dialek adalah logat berbahasa. Dialek adalah perlambangan dan pengkhususan dari bahasa induk. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain.

Ada dua ciri yang harus dimiliki untuk disebut dialek, yang pertama dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. Yang kedua dialek itu tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.

Proses perkembangan dialek ini bermula pada kelompok yang berpendidikan. Dwibahasawan mereka mempergunakan koine, yaitu ungkapan-ungkapan bahasa baku sebagai bahasa budaya, dan dialek sebagai bahasa praja. Koine mereka pergunakan untuk sesama mereka, dan dialek mereka pergunakan jika berkomunikasi dengan penduduk setempat, petani dan kelompok sederhana lainnya. Sementara itu penduduk sendiri adalah ekabahasawan. Walaupun mereka mengagumi koine, tetapi mereka hanya mempergunakan dialek saja. Pada tahap berikutnya, masyarakat berpendidikan itu menjadi ekabahasawan. Mereka menghindari pemakaian dialek yang sudah kehilangan dasar-dasar kaidahnya. Sejak itu penduduk bahasanya menjadi dwibahasawan. Pada mulanya mereka belum memenuhi semua persyaratan bahasa baku tersebut, tergantung kepada taraf pendidikan mereka.

Asal usul perkembangan dialek menurut beberapa pakar bahwa pertumbuhan dan perkembangan dialek sangat ditentukan oleh faktor kebahasaan dan faktor luar bahasa. Keadaan alam, misalnya memengaruhi ruang gerak penduduk setempat, baik dalam mempermudah penduduk berkomunikasi dengan dunia luar maupun mengurangi adanya kemungkinan itu Sejalan dengan adanya batas alam tersebut, dapat dilihat pula adanya batas-batas politik yang menjadi jembatan terjadinya pertukaran budaya. Hal itu menjadi salah satu sarana terjadinya pertukaran bahasa. Demikian pula halnya dengan ekonomi, cara hidup dan sebagainya. Tercermin pula di dalam dialek yang bersangkutan (Guiraud, 2001). Menurutnya pula, terjadinya ragam dialek itu disebabkan oleh adanya hubungan dan keunggulan bahasa yang terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, penyerbuan atau penjajahan. Hal yang tidak boleh dilupakan ialah peranan dialek atau bahasa yang bertetangga di dalam proses terjadinya suatu dialek itu. Dari dialek dan bahasa yang bertetangga itu, masuklah anasir kosakata, struktur, dan cara pengucapan atau lafal.

Setelah itu, kemudian ada di antara dialek tersebut yang diangkat menjadi bahasa baku. Saat ini Badan Bahasa menjaring data kosakata bahasa daerah untuk pengembangan kosakata Kamus Besar Bahasa Indonesia. Peranan dialek tidak boleh dihindari. Kosakata pada dialek-dialek di daerah tertentu yang sudah lazim digunakan dan memungkinkan menjadi kosakata baku. Jika sebuah dialek berkembang menjadi kosakata baku maka dialek tersebut mengalami perkembangan membaik. Pada dasarnya, sebuah dialek akan berkembang  menuju dua arah, yaitu perkembangan membaik dan perkembangan memburuk.

Setiap dialek memiliki perbedaan, Dialek suatu daerah berbeda dengan dialek daerah lainnya, meskipun rumpun bahasa yang digunakan adalah sama. Sebagai contoh dialek bahasa Melayu Ambon yang tinggal di Kota Ambon dan sekitarnya berbeda dengan bahasa Melayu Ambon yang tinggal di Pulau Seram. Begitu pun terjadi pada bahasa lain di seluruh Nusantara ini. Berbeda latar belakang budaya, tentu saja berpengaruh pada dialek seseorang atau sekelompok orang.

Jumlah bahasa daerah yang telah diidentifikasi oleh Badan Bahasa dan Kantor Bahasa Maluku sebanyak 49. Di dalam satu bahasa, terdapat sejumlah dialek. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara mendalam dialek apa saja yang dimiliki oleh sebuah bahasa, tentu memerlukan penelitian-penelitian atau  kajian-kajian kebahasaan yang signifikan dengan perkembangan dialek tersebut.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four + 12 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top