MEMBUDAYAKAN LITERASI PADA ANAK SEJAK DINI

FARADIKA DARMAN

Staf Teknis Kanto Bahasa Maluku

 

Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Dalam KBBI V literasi diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Lebih jauh lagi UNESCO mengartikan literasi sebagai seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Dapat disimpulkan bahwa literasi adalah dasar atau fondasi untuk mencapai keterampilan-keterampilan lainnya dalam hidup.

Beberapa tahun terakhir literasi menjadi topik hangat yang selalu dibincangkan. Literasi secara nasional disuarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Gerakan Literasi Nasional dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Berbagai program dan kegiatan disusun dan dikemas untuk menaikkan minat baca demi penguatan literasi di seluruh pelosok tanah air. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dianggap sangat bertanggung jawab memperbaiki tingkat literasi sekolah pun diarahkan untuk semaksimal mungkin menerapkan kegiatan membaca 15 menit sebelum proses belajar mengajar dimulai. Selain sekolah, komunitas-komunitas literasi di semua daerah pun turut berperan penting dalam membantu menguatkan literasi.

Penguatan literasi wajib dilakukan sejak dini. Generasi muda jika tidak dibekali dan memiliki fondasi literasi yang kuat maka akan sulit untuk mengubah dan memperbaiki hal tersebut di masa yang akan datang. Anak usia dini menempuh beberapa fase dalam hidup. Fase pertama yang ditempuh adalah masa kencana (golden age) yang butuh banyak pembekalan-pembekalan positif dari orang tua, keluarga, dan lingkungan tempat tingal. Keluarga memiliki tanggung jawab besar menguatkan literasi anak sejak dini. Kebiasaan anak usia dini untuk mencontoh apa yang dilihat dan didengar menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga untuk menunjukkan hal yang baik atau harus menjadi role model bagi anak. Kebiasaan-kebiasaan sederhana seperti membacakan dongeng, menyanyikan lagu anak-anak, dan meluangkan waktu membaca juga menulis bersama anak akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang literasi anak. Hal tersebut akan menjadikan anak mampu berpikir kritis, mempersiapkan anak ketika memasuki usia sekolah, dan tentunya menjadi bekal yang sangat dibutuhkan oleh anak.

 

Lauren Leslie dan Linda Allen, 1993, dalam The Literacy Project menguraikan bahwa anak-anak yang rutin dibacakan buku cerita oleh orang tuanya memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi yang lebih baik. Selain itu Connie R. Green dan Shareen W. Halshall dalam Head Start Families Sharing Literature berpendapat bahwa membacakan buku secara rutin untuk anak akan memberi mereka kemampuan bertanya, melabeli atau menamai, kemampuan mengamati secara detail, mampu membuat korelasi antara apa yang dibaca dengan kenyataan sehari-hari, dan mampu menceritakan ulang. Menceritakan ulang adalah suatu proses melatih daya ingat, memilih kata, mengajarkan anak bagaimana cara mengungkapkannya secara lisan.

Betapa pentingnya peran kelaurga untuk menguatkan pendidikan literasi kepada anak usia dini. Tindakan orang tua saat ini akan menentukan bagaimana anak ke depannya. Karena orang tua adalah miniatur pendidikan utama, mediator literasi anak, dan garda terdepan dalam mencerdaskan anak bangsa. Semakin dini orang tua terlibat, semakin besar dampak positif kepada anak. Oleh karena itu, orang tua dan keluarga pun perlu ditanamkan kesadaran literasi.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan keluarga di rumah adalah meluangkan waktu untuk menemani anak belajar juga bermain. Menanamkan minat baca kepada anak sejak dini berarti orang tua berkewajiban menyediakan bahan bacaan dan fasilitas baca kepada anak seperti buku cerita yang tentunya disesuaikan dengan usia anak. Selain fasilitas, motivasi juga menjadi hal besar yang akan berpengaruh pada anak. Jika anak sering diberikan motivasi, maka akan berpengaruh pada perilaku dan pola pikir anak tersebut.

Berbagai upaya penguatan literasi yang dilakukan pada kenyataannya memiliki banyak kendala. Kendala terbesar penanaman pendidikan literasi sejak dini adalah masalah waktu dan kesibukan orang tua. Selain itu latar belakang pendidikan orang tua pun turut memberikan dampak kepada anak. Mampu tidaknya keluarga sebagai cerminan utama tentunya menjadi contoh nyata kepada anak. Kendala lainnya adalah anggapan orang tua bahwa mengajarkan baca tulis kepada anak adalah tanggung jawab sekolah. Hal itu menyebabkan rasa acuh pada orang tua sehingga tidak memiliki keinginan untuk mengajak dan mengajarkan anak pendidikan literasi sejak dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

20 − 18 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top