Perbedaan PUEBI dengan EYD

PERBEDAAN PUEBI DENGAN EYD

Adi Syaiful Mukhtar, S.S.

 

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman ejaan bahasa Indonesia terbaru dari sepanjang sejarah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya berlaku dikenal dengan EYD, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan. Setidaknya terdapat lima hal perbedaan antara PUEBI dengan EYD.

Sejarah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku di negeri ini telah beberapa kali berubah sejak Indonesia merdeka. Ejaan pertama yang berlaku pertama kali adalah Ejaan van Ophuijsen (1901—1947). Setelah dua tahun merdeka, Pemerintah Indonesia saat itu mulai menetapkan kembali ejaan bahasa Indonesia yang kemudian dikenal dengan Ejaan Soewandi atau Republik (1947—1972). Perbedaan antara kedua ejaan tersebut berkisar pada penulisan vokal, konsonan, dan tanda apostrof (‘). Perlu kerja keras dan waktu yang panjang untuk menyosialisasikan ejaan terbaru pada saat itu. Kendala luasnya wilayah dan komunikasi yang tidak semudah saat ini, peralihan dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi menjadi hal yang tidak mudah.

Kajian demi kajian telah dilakukan oleh para pakar bahasa Indonesia, karena bahasa merupakan salah satu ilmu yang selalu mengalami perkembangan. Perjalanan ejaan bahasa Indonesia juga tidak berhenti di Ejaan Soewandi/Republik. Saat Orde Baru, ejaan bahasa Indonesia yang baru pun juga ditetapkan. Ejaan yang ditetapkan saat Orde Baru itu adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) melalui Kepres Nomor 57 Tahun 1972. Sosialisasi adanya ejaan baru itu juga terus berjalan seiring dengan kajian-kajian para pakar bahasa Indonesia. Hingga pada saat ini, ejaan bahasa Indonesia terbaru telah ada, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) melalui Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015.

Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan tersebut tersebar ke dalam dua subbab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Perbedaan pertama terletak pada diakritik pelafalan vokal [e]. Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang disajikan pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. Diakritik pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal  [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.

Perbedaan kedua antara PUEBI dengan EYD adalah terdapat tambahan diftong [ei]. Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap seperti kata survei, eigendom, dan geiser. Survei dalam KBBI bermakna ‘teknik riset dengan member batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjuan’, sedangkan eigendom dalam KBBI termasuk kata di bidang hukum yang bermakna ‘hak mutlak atas suatu barang; kepunyaam; milik’. Selanjutnya, geiser dalam KBBI bermakna ‘mata air panas yang mengeluarkan uap air atau gas yang disemburkan ke udara’.

Masih dalam subbab Pemakaian Huruf, perbedaan ketiga adalah adanya aturan penulisan huruf kapital. Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya. Aturan penulisan subbab Pemakaian Huruf yang tidak terdapat pada EYD adalah aturan penulisan huruf tebal. Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.

Perbedaan antara PUEBI dan EYD selanjutnya adalah penggunaan tanda baca. Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam bahasa tulis. Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain tersebut adalah tanda titik koma (;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.                                                               

2 komentar untuk “Perbedaan PUEBI dengan EYD”

  1. Pingback: 5 Kriteria Kata yang Ditulis Kecil dalam Judul, Apa Saja?

  2. Pingback: Hanya 4 Perbedaan EYD dan PUEBI – Majalah Ghulam

Tinggalkan Balasan ke Hanya 4 Perbedaan EYD dan PUEBI – Majalah Ghulam Batalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 2 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top