BANDA NAIRA DAN POTENSI PENGEMBANGAN BIPA

Faradika Darman

Staf Teknis Kantor Bahasa Maluku

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) adalah salah satu upaya besar bangsa Indonesia untuk menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Program BIPA menjadi salah satu bentuk diplomasi kebahasaan dan kebudayaan Indonesia di mata dunia. Dikutip dari laman Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud, hingga saat ini tercatat sekitar 36 negara dengan jumlah 130 lembaga yang telah mengajarkan BIPA. Meningkatnya jumlah pengajar, siswa asing, dan negara yang menempatkan bahasa Indonesia dalam kurikulum formal di negaranya masing-masing menandakan bahwa bahasa Indonesia telah dipandang sebagai bahasa penting oleh masyarakat.

Internasionalisasi bahasa Indonesia tidak hanya dengan mengirim dan meningkatkan jumlah negara yang mengajarkan BIPA, tetapi dengan membuka program-program beasiswa bagi mahasiswa asing yang ingin belajar bahasa Indonesia di negara Indonesia. Di dalam negeri terhitung sekitar 45 lembaga yang telah mengajarkan BIPA. Pengajaran BIPA tidak hanya fokus pada masalah kebahasaan, tetapi juga sebagai media promosi yang dapat memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia kepada bangsa lain. Sejalan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa program BIPA adalah salah satu program yang cukup strategis untuk menghadirkan dan memperkenalkan Indonesia di mata dunia.

Pengembangan BIPA di dalam negeri cukup aktif, misalnya melalui peningkatan kualitas tenaga pengajar BIPA dan juga penyediaan kelas-kelas BIPA. Hal itu tidak hanya dilakukan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, tetapi saat ini di Maluku pun terus dilakukan pengembangan pengajaran BIPA. Maluku memiliki potensi dan kualitas sumber daya manusia yang mampu menjadikan bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang diminati oleh pembelajar asing. Saat ini, kelas BIPA pertama di Maluku telah dirintis oleh Universitas Pattimura, salah satu universitas negeri di Maluku.

Melihat kondisi Maluku yang memiliki kekayaan adat, budaya, dan keindahan alam yang sangat menakjubkan menjadikan Maluku sebagai salah satu destinasi bagi siswa asing untuk datang ke Maluku. Orang asing tidak hanya berkunjung untuk tujuan wisata, tetapi berwisata dan belajar bahasa Indonesia. Salah satu pulau atau daerah di Maluku yang memiliki potensi untuk pengembangan BIPA adalah Pulau Banda.

Pulau Banda adalah pulau kecil yang terletak di tenggara Pulau Ambon, ibu kota Provinsi Maluku. Secara administratif, Banda merupakan bagian dari Kabupaten Maluku Tengah. Banda yang akrab disebut Banda Naira telah dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Kekayaan pala dan keindahan alam yang memesona seakan menjadi magnet besar yang menarik para wisatawan asing untuk mengunjungi pulau tersebut. Dari data kunjungan wisatawan asing yang dihimpun dari UPT Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kecamatan Banda, jumlah kunjungan tiap tahun di Pulau Banda selalu meningkat, dengan rata-rata waktu kunjungan sekitar 5 hari. Asal wisatawan pun beragam. Jumlah wisatawan terbanyak berasal dari Australia, Jerman, Inggris, Amerika Serikat, dan Selandia Baru.

Jumlah wisatawan yang selalu meningkat tiap tahunnya menjadikan Pulau Banda sebagai aset penting Provinsi Maluku yang harus terus dikembangkan, baik dari sisi sumber daya alamnya juga sumber daya manusianya. Pengembangan BIPA di Pulau Banda bukanlah hal yang mustahil, mengingat bahwa Banda Naira termasuk dalam destinasi utama di Maluku. Penyediaan kelas BIPA bagi wisatawan tentu akan menambah ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Banda. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, pemerintah daerah, juga kemajuan Banda ke depan.

Penyelenggaraan kelas BIPA di Banda tentu harus disesuaikan dengan waktu kunjungan wisatawan. Hal penting yang harus dilakukan yaitu memetakan waktu dan tujuan kunjungan. Dari data tersebut maka dapat dibuat program atau kursus bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Mengingat bahwa tujuan destinasi wisatawan dengan orang asing yang memang akan mendaftar sebagai siswa BIPA tentunya berbeda. Jika melalui kelas formal maka waktu dan masa belajar jelas telah ditentukan dan diatur.

Pengembangan BIPA di Banda memerlukan kerja sama semua pihak. Tidak hanya pengajar, tetapi pemerintah daerah melalui UPT Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga sebagai instansi terkait juga universitas/sekolah tinggi setempat harus dapat bersinergi demi kemajuan Banda dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia tentunya. Mengingat Banda Naira yang merupakan destinasi wisata yang sangat lengkap (alam, wisata laut, sejarah, budaya, adat, dan sebagainya) tentu akan menarik wisatawan untuk mengetahui hal tersebut. Apalagi, jika budaya masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan bahasa Indonesia. Wisatawan mempelajari bahasa Indonesia di Pulau Banda berarti pula mempelajari budaya masyarakat setempat. Paket hiburan, wisata, dan belajar bahasa di Pulau Banda sungguh akan menjadi paket wisata yang sangat menarik bagi wisatawan asing. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk daerah tetapi tentu akan menjadi batu loncatan karena di Banda Naira akan ada banyak orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia yang merupakan citra dan identitas bangsa Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty − ten =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top