JENIS GANGGUAN WICARA MANUSIA

Harlin

Peneliti Kantor Bahasa Maluku

Otak manusia hanya berukuran tidak melebihi 2 persen dari ukuran tubuh. Namun demikian, otak manusia dapat menyedot energi sampai 50 persen dari seluruh aliran darah dalam tubuh dan juga 20 persen berasal dari sumber daya metabolik tubuh. Jika aliran darah pada otak tidak mencukupi atau terjadinya penyempitan pembuluh darah atau jumlah oksigen yang diperlukan tubuh terjadi penurunan, maka akan menyebabkan kerusakan pada otak. Gangguan-gangguan seperti di atas disebut strok. Jika strok terjadi karena kontrol silang dari belahan otak  kiri (hemisfer kiri) dan belahan otak kanan (hemisfer kanan), maka akan berakibat pada adanya gangguan pada belahan badan sebelah kanan. Sebaliknya, jika strok berasal dari hemisfer kanan, maka kerusakan terjadi pada bagian kiri tubuh. Secara umum, terjadinya kerusakan yang terdapat pada hemisfer kiri, maka akan berdampak pada gangguan wicara manusia. Jenis gangguan wicara yang muncul selalu bergantung pada tempat kerusakan itu terjadi. Gangguan wicara akibat strok dinamakan afasia (aphasia). Kita mengenal beberapa jenis afasia. Jenis-jenis afasia ditentukan pada hemisfir mana yang terkena strok.

Berikut merupakan beberapa jenis afasia yang umum ditemukan (Kaplan 1994:1035, Language and the Brain).

Jenis Afasia Broca

Disebut afasia broca karena bentuk gangguan terjadi pada daerah broca. Daerah broca terletak pada bagian dalam mulut yang berdekatan dengan jalan korteks motor, sehingga sering menyebabkan gangguan pada alat-alat ujaran, termasuk menyebabkan bentuk mulut yang tidak simetris, bahkan kadang-kadang mulut bisa mencong. Afasia broca juga dapat mengakibatkan perencanaan dan pengungkapan ujaran terganggu. Kalimat-kalimat yang dihasilkan oleh alat ujar menjadi terpatah-patah. Akibatnya, alat suara juga ikut terganggu, yang berdampak pada seringkali pelafalan menjadi tidak jelas. Kata-kata berupa sintaktis seperti nomina, verba, dan adjektiva tidak terganggu, namun penderita mendapat kesulitan pada kata-kata yang bersifat fungsional. Penderita mampu mengucapkan dan mengingat kata benda misalnya dalam bahasa asing bee atau witch, namun akan sulit mengatakan dan mengingat kata be atau which. Penderita juga akan lebih banyak mengucapkan kalimat-kalimat tanpa infleksi atau imbuhan.

Jenis Afasia Wernicke

Letak kerusakan terjadi pada bagian wernicke. Daerah wernicke berada pada bagian mulut agak belakang yang terletak setelah lobe temporal. Kerusakan wernicke ini tidak hanya menyerang bagian dalam, tetapi pula menyerang organ bagian luar lain atau korteks-korteks lain yang berdekatan. Penderita afasia jenis ini akan lancar dalam berbicara atau berkomunikasi, dan secara sintaksisnya juga kategori cukup baik, namun pada tatanan kalimat sukar dipahami karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan kata-kata lain.

Penderita afasia jenis ini selalu keliru dalam memilih kata-kata. Kata seperti fair bisa tergantikan dengan chair, carrot, dsb. Penderita afasia wernicke juga akan mengalami gangguan dalam penerimaan secara lisan. Penderita pada gangguan ini sulit memahami apa yang kita katakan.

Jenis Afasia Anomik

Jenis ini berakibat pada kerusakan otak yang terdapat pada bagian depan cuping parietal atau pada batas antara cuping parietal dengan cuping temporal. Gangguan wicara pada jenis ini terlihat pada ketidakmampuan penderita untuk menghubungkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya. Jika penderita disuruh mengambil benda misalnya gunting, penderita bisa melakukan. Tetapi, jika ditunjukkan gunting, maka penderita tidak dapat mengatakan nama benda itu.

Jenis Afasia Global

Jenis afasia ini berakibat pada kerusakan tidak pada satu atau dua bagian atau tempat saja, tetapi juga pada beberapa bagian yang lain. Kerusakan dapat menyebar dari daerah broca, melewati bagian luar atau korteks  pada motor, menuju ke cuping pariental, dan hingga ke daerah wernicke. Akibat kerusakan yang meluas atau melebar tersebut menyebabkan gangguan fisik dan wicara yang lebih besar. Dari segi fisik, penderita dapat menderita kelumpuhan di sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah bisa menjadi tidak fleksibel. Secara wicara, penderita mungkin dapat memahami ujaran orang, namun ujaran penderita gangguan ini tidak mudah dipahami orang lain, serta kata terucap menjadi selalu tidak jelas.

Jenis Afasia Konduksi

Kerusakan bagian otak pada afasia jenis ini berupa fiber-fiber yang terjadi pada fasikulus arkuat, menghubungkan cuping frontal dengan cuping temporal. Oleh karena hubungan daerah broca pada cuping frontal dan cuping temporal yang terputus, maka pasien afasia konduksi tidak mampu mengulang kata yang diberikan kepadanya. Penderita pada gangguan ini dapat mengerti apa yang dikatakan orang, misalnya jika diminta mengambil pena yang ada di atas meja. Penderita juga akan dapat berucap pena itu di meja, tetapi tidak akan dapat menjawab secara lisan pertanyaan di mana penanya? Jika penderita ditanya tentang A, yang dijawab adalah B, atau C.

Di samping keempat macam afasia di atas, terdapat pula bentuk-bentuk gangguan wicara lain, misalnya disartria yaitu terganggunya lafal yang tidak jelas tetapi diujarkan utuh. Kerusakan atau gangguan ini terjadi pada otak bagian luar atau korteks motor saja sehingga boleh jadi hanya lidah, bibir, atau rahangnya saja yang berubah.

Selain itu, ada pula agnosia atau demensia yaitu gangguan pada ide. Penderita pada gangguan ini tidak dapat merumuskan ide yang disampaikan secara baik. Akibatnya, isi ujaran bisa ke sana ke mari. Ada pula aleksia yaitu ketiadaan kemampuan dalam membaca, dan agrafia yaitu ketiadaan kemampuan dalam menulis dengan huruf-huruf yang normal. Kedua gangguan ini dikategori juga sebagai diseleksia.

Mari jaga kesehatan, ingatlah bahwa ketika kita sehat, seakan sehat itu tidak berarti apa-apa bagi kita, tetapi ketika kita sakit, kita pun yang tidak berarti apa-apa. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eleven − 8 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top