SASTRA SEBAGAI JENDELA BUDAYA

Herni Paembonan

Staf Teknis Kantor Bahasa Maluku

Banyak yang belum memahami pentingnya kontribusi sastra dan budaya untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Sastra dan budaya masih sering dianggap kurang penting. Tak kenal maka tak sayang. Buku adalah jendela dunia, sedangkan sastra adalah jendela budaya. Sastra dan budaya merupakan dua ilmu yang saling berkaitan. Budaya menyentuh kehidupan sehari-hari manusia, sedangkan sastra mengungkap berbagai persoalan yang berhubungan dengan manusia. Sastra merupakan perwujudan pikiran yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Tulisan menggambarkan media pemikiran yang tercurah melalui bahasa. Fungsi sosial sastra dapat menggambarkan cara seseorang melibatkan dirinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pola pikir seseorang atau kelompok mayarakat dipengaruhi oleh sastra. Sastra bisa timbul karena perubahan sosial masyarakat. Namun, perubahan sosial juga dapat diakibatkan dari penciptaan sebuah karya sastra.

Menyingkap sastra dan budaya merupakan sebuah pembelajaran untuk masa depan. Kita perlu memperhatikan sebuah kata bijak yang mengatakan, bahwa sejarah akan selalu aktual karena terus berulang dan sastra selalu mencatat serta merefleksikan peradaban. Kita sering menjumpai pertanyaan, apa pentingnya belajar sastra? dan buat apa belajar folklor atau sastra lama?. Sebenarnya, tanpa disadari sastra sudah menjadi bagian dari hidup kita sejak ribuan tahun lalu.

Salah satu contoh yang menarik, misalnya pohon besar yang terdapat di sebuah desa memiliki mitos tidak boleh ditebang karena di dalamnya ada hantu atau penunggu. Apa sebenarnya yang ingin disampaikan kepada masyarakat dari mitos tersebut? Mitos itu memang sengaja diproduksi atau dibuat oleh nenek moyang kita. Tujuan akhirnya adalah konservasi alam. Jika hanya berupa imbauan pohon ini jangan ditebang, orang pasti akan menebangnya. Namun, saat mitos tersebut berlaku, orang tidak akan berani menebang. Rasa takut timbul karena dampak dari penebangan itu bisa terserang penyakit atau anak-anaknya bisa meninggal. Contoh itu memberi kita pelajaran bahwa menebang pohon juga berdampak buruk bagi kita. Dampaknya adalah kita bisa kekurangan air dan membuat udara menjadi lebih panas.

Selanjutnya, mitos Nyi Roro Kidul dari laut selatan Jawa juga terdengar sangat mistis. Mitos itu diturunkan selama bertahun-tahun. Apa yang ingin disampaikan oleh nenek moyang kita melalui mitos itu? Pesan yang dapat kita peroleh bahwa pantai laut selatan sangat berbahaya karena ombaknya tinggi dan penuh dengan palung. Jika orang yang pergi ke pantai selatan memakai baju warna hijau dan terseret ombak, korban akan susah ditemukan oleh penyelamat karena warnanya menyatu dengan warna laut. Namun, mitos yang berkembang adalah larangan untuk mengenakan baju warna hijau karena akan terseret ombak dan dijadikan tentara di kerajaan bawah laut yang dipimpin oleh seorang ratu cantik, Nyi Roro Kidul. Saat itu, nenek moyang kita ingin memberikan pelajaran melalui mitos itu.

Dua contoh mitos tersebut memberi kita pelajaran berharga. Namun, masihkah ada orang yang berpikir bahwa sastra lisan itu tidak penting? Hal lain yang menarik, misalnya mantra untuk memanggil binatang buas. Pesannya adalah kita perlu dekat dengan alam semesta. Saat kita dekat dengan alam semesta, alam pun akan akrab dengan kita.

Bagaimana dengan sastra tulis? Sastra tulis juga tidak kalah pentingnya. Sebuah hikayat mengandung banyak sekali ajaran kepemimpinan masa lalu. Selain itu, beberapa hikayat berisi tentang teknologi, misalnya cara orang Melayu membuat bangunan, perahu, atau kapal pinisi. Semua itu terdapat di dalam sebuah karya sastra. Sastra tulis mencatat peristiwa-peristiwa masa lalu, sehingga masa lalu akan selalu aktual. Bentuk lain dari sastra tulis juga ada seperti puisi lama. Puisi lama juga mengajarkan tentang budi pekerti dan keindahan.

Karya sastra modern pun sama. Kita akan sangat rugi jika tidak membaca karya Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, Rendra, Taufik Ismail, Putu Wijaya, Andrea Hirata, Djenar Maesa Ayu, atau yang lainnya. Karya mereka sudah dibahas di skripsi, tesis, dan disertasi, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Karya sastra Indonesia telah diterjemahkan ke banyak bahasa. Selama lebih dari 60 tahun, Puisi Chairil Anwar dengan judul Aku dalam bahasa Indonesia berada di Leiden, Belanda. Kota yang dikenal sebagai kota bersejarah. Puisi itu ditulis dengan ukuran besar di dinding kampus dengan tujuan agar semua orang membaca karya sastra Indonesia. Puisi berjudul Aku adalah puisi yang luar biasa. Keberadaannya di mancanegara merupakan sebuah fenomena budaya. Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa sebuah kota memanfaatkan kekayaan budaya literasi dunia untuk memperkuat identitas kotanya dan memberikan citra kepuitisan.

Contoh karya sastra yang disampaikan di atas memberikan pelajaran kepada kita agar mau mengenal dan menjaga produk-produk budaya serta kekayaan literasi nusantara. Sebab, bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mau belajar budaya masa lalu untuk membangun masa depan.

1 komentar untuk “SASTRA SEBAGAI JENDELA BUDAYA”

  1. Sin Syifa Auliya

    saya menjadi semakin tahu dan ini sangat membantu kalangan mahasiswa yang kebanyakan beranggapan bahwa sastra itu tidak penting

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eight − 7 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top