Citra Perempuan dalam Cerita Rakyat Maluku

Zahrotun Ulfah

Kantor Bahasa Maluku

Dalam khazanah kesusastraan Indonesia, cerita rakyat ialah salah satu jenis karya sastra yang berkembang di kalangan masyarakat tradisional. William R. Bascom dalam Danandjaja (1984:50) menyebutkan bahwa cerita rakyat terdiri atas tiga golongan besar. Pertama, mite merupakan jenis cerita yang mengisahkan kehidupan dewa-dewi, bersifat mistis dan juga sakral, misalnya cerita Dewi Sri, Hikayat Sang Boma, dan Nyi Roro Kidul. Kedua, legenda yang merupakan cerita asal-usul, seperti asal usul terjadinya suatu daerah/tempat, binatang, dan tumbuhan. Ketiga, dongeng yakni cerita yang bersifat khayalan, seperti Kancil Nyolong Timun, Timun Mas, serta Bawang Merah dan Bawang Putih.

Cerita rakyat merupakan tradisi yang berisi nilai luhur budaya pada setiap daerah. Di Indonesia, cerita rakyat selalu ada dan berkembang sesuai dengan tradisi di setiap daerah. Cerita rakyat merupakan cerminan suatu daerah yang tidak hanya mengisahkan sebuah cerita, tetapi juga sebagai salah satu bentuk usaha pewarisan berbagai tradisi dan nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, keberadaan cerita rakyat perlu dilestarikan agar tetap terjaga dan mampu menjadi teladan bagi penerus bangsa. Hal itu berlaku juga untuk Provinsi Maluku.

Provinsi Maluku yang dijuluki sebagai “Negeri Seribu Pulau” kaya akan warisan budaya, termasuk dengan beragamnya cerita rakyat yang dimiliki. Cerita rakyat Maluku bukan sekadar cerita tanpa makna, tetapi jika dikaji lebih lanjut cerita-cerita tersebut adalah gerbang budaya yang penting untuk diketahui oleh generasi muda. Selain memuat nilai budaya, cerita rakyat Maluku juga erat kaitannya dengan jati diri masyarakat Maluku.

Dari beragamnya cerita rakyat yang dimiliki Provinsi Maluku, tokoh perempuan dalam cerita rakyat cukup menarik untuk ditelaah. Secara historis, sosok perempuan dalam masyarakat Maluku memiliki tempat tersendiri. Perempuan Maluku memiliki andil yang penting dalam sejarah revolusi kemerdekaan. Jika kita berbicara tokoh perempuan yang terpatri dalam sejarah rakyat Maluku, tentu tidak akan terlepas dari sosok Martha Christina Tiahahu. Ia adalah pahlawan perempuan belia dari Desa Abubu di Pulau Nusa Laut. Christina menggambarkan citra perempuan muda dengan jiwa patriotisme yang tinggi. Pada usianya yang masih belia, ia berani mengangkat senjata dan terjun ke medan pertempuran melawan kolonialisme. Ia adalah pahlawan perempuan termuda dalam jajaran pahlawan nasional. Tidak diragukan lagi Martha Christina Tiahahu adalah perempuan Maluku yang merepresentasikan semangat kabaresi, yakni perempuan berani, tangguh, dan mandiri yang identik dengan semangat nasionalisme.

Selanjutnya, nilai-nilai luhur yang merepresentasikan tokoh perempuan Maluku juga dapat ditemukan dalam berbagai judul cerita rakyat. Sebagian cerita tersebut di antaranya Kisah Nen Te Idar, Pangeran Duan dan Putri , serta Nene Luhu. Kisah Nen Te Idar sangat populer pada masyarakat Maluku, terutama di daerah Kepulauan Kei. Dari cerita rakyat Nen Te Idar, dapat diambil nilai-nilai positif tentang kesederhanaan dan kemandirian seorang nenek yang hidup sebatang kara di Desa Idar. Untuk bertahan hidup, dia tidak pernah menyusahkan masyarakat di sekitarnya dan ia pun mampu menjaga martabatnya ketika ada sekelompok masyarakat yang berbuat tidak elok terhadap dirinya. Selain itu, Nen Te Idar juga dikenal sebagai sosok yang sangat memegang teguh adat istiadat dan sangat mencintai lingkungan tempat tinggalnya dengan selalu menjaga kebersihan dan merawat keindahannya.

Dalam Cerita Rakyat Pangeran Duan dan Putri Lolat, yang berasal dari Kepulauan Tanimbar, tokoh–tokoh perempuan juga dicitrakan sebagai tokoh yang memiliki sifat yang arif, bijaksana laksana raja yang berani mengambil keputusan dengan tepat. Sebagai calon pemimpin perempuan, Putri Lolat dicitrakan sebagai putri yang pandai dalam menganalisis permasalahan dan selalu menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan. Ia juga dicitrakan sebagai calon pemimpin yang suka menolong rakyat yang dilanda kesulitan. Sejalan dengan Putri Lolat, Putri Lalin adik sang raja juga dicitrakan sebagai perempuan yang memiliki keberanian. Ia menentang aturan kerajaan dalam mengambil keputusan terkait jodoh dalam hidupnya. Dengan niat ingin membantu menyembuhkan ibu pemuda yang sedang sakit, ia bersedia untuk dijadikan pasangannya. Dia memilih hidup mandiri dan berbahagia sebagai rakyat biasa serta bersuami dengan seorang pemuda yang tidak ada garis keturunan bangsawan.

Selanjutnya, kita juga mengenal dengan cerita rakyat Nene Luhu yang sangat familier di Pulau Ambon. Di balik mitos yang terkandung dalam cerita, dapat kita petik nilai positif yang tercermin dalam tokoh Nene Luhu. Nene Luhu awalnya diceritakan sebagai Ta Ina Luhu, yakni anak dari seorang Raja di Negeri Luhu. Namun, karena peperangan yang berujung dengan kekalahan kerajaannya, tinggallah dia seorang diri dan harus menjadi tawanan Belanda. Ia akan diperistri oleh seorang Panglima Belanda. Kegigihan, kemandirian, dan semangat Ta Ina Luhu dapat dilihat dari usahanya untuk membebaskan diri dari tawanan Belanda. Ia menolak untuk diperistri panglima Belanda dan memilih melarikan diri meskipun nyawa menjadi taruhannya. Meskipun tawaran bantuan datang dari kerajaan kerabat ayahnya, ia lebih memilih menjalani kehidupannya seorang diri. Kemandirian dan semangatnya membuat ia tidak pernah ingin menyusahkan orang lain.

Dari sebagian cerita rakyat di atas, tokoh-tokoh perempuan dicitrakan sebagai tokoh yang berani, mandiri, dan tegas dalam mengambil keputusan. Mereka direpresentasikan mampu memperjuangkan dirinya. Tidak salah jika perempuan-perempuan Maluku mendapat julukan perempuan Kabaresi. Perempuan yang memiliki semangat dan keberanian. Perempuan mandiri yang memiliki jiwa seperti kaum laki-laki. Selain itu, tokoh-tokoh perempuan direpresentasikan sebagai sosok yang tetap memegang nilai-nilai luhur budayanya. Mereka sangat mencintai negerinya dengan tetap menjaga keindahan dan kedamaiannya. Bahkan Putri Lolat sebagai calon pimpinan, direpresentasikan sebagai perempuan memiliki sifat arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan serta mencintai rakyatnya dengan selalu menolong rakyat jika ada kesusahan.

Dengan banyaknya nilai luhur yang terkandung dalam cerita rakyat, sudah sepantasnya sebagai generasi penerus tetap melestarikan nilai-nilai luhur yang tercermin dalam cerita tersebut. Keberanian dan semangat dalam memperjuangkan nasib diri harus selalu kita upayakan dan terus kita jaga. Kita juga harus mencintai negeri ini dengan senantiasa memberikan karya-karya terbaik bagi negeri.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × 3 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top