Bahasa Kaya, Bahasa Berwibawa

Harlin

Kantor Bahasa Maluku

Tidak bisa dimungkiri, banyak di antara kita ingin menjadi kaya. Kaya yang dimaksud dalam tulisan ini ialah memiliki banyak harta (uang dan sebagainya). Pertanyaannya, mengapa banyak orang ingin menjadi sosok yang kaya? Jawabannya tentu berbagai alasan atau argumentasi. Namun, secara umum karena ketika mejadi kaya, orang akan serba termudahkan dan leluasa untuk memenuhi segala keinginanannya. 

Lantas, bagaimana dengan wujud bahasa? Apakah sebuah bahasa itu harus kaya seperti layaknya manusia yang ingin menjadi kaya? Tentu jawabannya ya. Bahasa harus kaya atau menjadi kaya. Bahasa yang kaya dalam hal ini dimaknai sebuah bahasa harus bermartabat, berharkat, dan berwibawa. Seturut dengan aneka simbol bahasa dan tata tulis serta kaidah pembakuan atau standardisasi kebahasaannya, maka bahasa kaya akan mengubah atau menjadikan bahasa itu lebih bermartabat, berharkat, dan berwibawa.

Dengan berwujud kaya, sebuah bahasa mampu memaksimalkan daya hidup dan daya ungkapnya. Bahasa tidaklah cukup jika hanya dipakai pada jumlah penutur yang banyak. Bukan suatu jaminan bahwa bahasa yang memiliki jumlah pengguna yang besar akan serta-merta menjadi bahasa yang bermartabat, berharkat, dan berwibawa. Bahasa Jawa dan Sunda contohnya, tidak lebih berwibawa daripada bahasa Indonesia, padahal kedua bahasa tersebut mempunyai jumlah penutur yang sangat banyak. Aneka kreasi, inovasi, ciptaan, dan pengembangan kebahasaan dari bahasa-bahasa tersebut dapat disebut tidak cukup memadai.

Bahasa Inggris semula hanya digunakan oleh penutur yang relatif terbatas jumlahnya, namun karena daya ungkap dan kemampuan bahasa tersebut terus dikembangkan sampai menjangkau tataran dan ranah yang begitu luas. Sekarang ini, bahasa Inggris menjadi bahasa yang sangat bermartabat dan berwibawa. Bahasa Inggris kini menjadi bahasa yang dipakai secara universal dan menjadi bahasa pergaulan internasional. Artinya, bahasa Inggris sangat besar dalam martabat, harkat, dan wibawanya.

Hal serupa juga terjadi pada bahasa Melayu Riau. Semula bahasa Melayu Riau dipakai dalam lingkungan dan ranah yang terbatas. Awalnya, selain hanya dituturkan di daerah Riau, bahasa tersebut juga hanya digunakan oleh kaum pedagang atau pelaut, bahkan sebagian kalangan ahli bahasa menyebut sebagai bahasa pasar. Seiring waktu, bahasa Melayu Riau menjadi sangat luas cakupan penggunaannya dan menjadi cikal bakal lahirnya bahasa Indonesia, bahasa Melayu di Malaysia, bahasa Melayu di Singapura, dan bahasa Melayu di Brunai Darusalam. Dengan demikian, bahasa Melayu Riau merupakan bahasa yang sangat bermartabat dan berwibawa.

Jika demikian, apa yang membuat atau menjadikan sebuah bahasa bermartabat dan berwibawa? Ada beberapa aspek yang dapat diamati di antaranya, pertama, sebuah bahasa harus dijadikan kaya oleh penuturnya dari sisi perbendaharaan kata dan idiomnya;  kedua,  harus kaya dalam ragam dan register; dan ketiga, harus kaya dalam kreasi, inovasi, dan karya ciptaannya. Ketiga aspek kaya atau menjadi kaya sebuah bahasa tersebut tentu terus dikembangkan secara terpadu dan berkesinambungan.

Istilah dan idiom yang beraneka ragam seringkali bermunculan seiring dengan berjalannya waktu, tumbuh kembangnya kebudayaan, serta hadirnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyaknya kata-kata pungut, baik dari bahasa asing dan bahasa daerah yang belum ada dalam sebuah bahasa seyogianya tidak dihambat atau dipangkas dengan berbagai dalil atau argumentasi. Biarkan itu terus hidup dan tetap terpupuk untuk pengayaan dan elaborasi sebuah bahasa. Apabila itu dilaksanakan, bukan tidak mungkin dalam waktu yang tidak lama, sebuah bahasa akan dipandang sebagai sesuatu yang penting dan tentu akan menuju dan menjadi bahasa yang bermartabat dan berwibawa baik untuk kelompok penutur maupun di luar penutur.

Kenyataan situasi dan kondisi kebahasaan yang dinamis tampak pula terjadi pada bahasa Indonesia yang kita miliki dan gunakan sekarang. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, sangat strategis dan akomodatif terutama menyangkut fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pengoptimalan bahasa Indonesia melalui misalnya pemantapan norma bahasa yang dibarengi dengan pemerkayaan kosakata dan peristilahan dari bahasa asing maupun bahasa daerah seakan telah menjadi alamiah bagi bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena kedinamisan tersebut, bahasa Indonesia menjadi sangat kaya sehingga bahasa Indonesia semakin bermartabat, berharkat, dan berwibawa. Maju terus dan jayalah bahasa Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 5 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top