Helmina Kastanya
Kantor Bahasa Maluku
Pandemi Covid-19 terjadi di dunia berlangsung cukup lama. Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi semua aktifitas masyarakat baik di wilayah perkotaan sampai di pelosok. Pendidikan, perekonomian, keagamaan, dan semua bidang ikut terkena dampak pandemi Covid-19 termasuk bidang kebudayaan. Kebudayaan yang termasuk di dalamnya adalah tradisi lisan pun ikut terkena dampak pandemi Covid-19.
Tradisi lisan yang merupakan salah satu bentuk kebudayaan mengalami permasalahan tersendiri dengan adanya pandemi Covid-19. Berbagai bentuk tradisi lisan masyarakat terancam tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Terutama yang melibatkan banyak orang. Selama ini ada sebagian tradisi lisan harus dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan seperti di Maluku tradisi Sasi Ikan Lompa di Pulau Haruku, Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morela, Panas Pela, dan upacara adat lainnya. Selama masa pandemi, sebagian tradisi lisan tidak diapat dilaksanakan. Apabila hal itu dibiarkan, proses transformasi nilai-nilai luhur dalam tradisi lisan akan terhenti.
Menghadapi pandemi Covid-19 masyarakat harus tetap beraktifitas tetapi tidak lagi dengan pola dan kebiasaan lama. Saat ini kita sedang memasuki masa kenormalan baru. Semua aktifitas masyarakat dilakukan dengan mengikuti semua aturan yang berlaku di masa kenormalan baru. Pendidikan yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, sekarang dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi digital baik secara daring maupun luring. Kegiatan keagamaan pun mengalami proses adaptasi dengan memanfaatkan media digital untuk mempertahankan proses kegiatan keagamaan tetap berjalan dan nilai-nilai keagamaan tetap tersampaikan kepada umat. Tradisi lisan pun harus berdaptasi sehingga tradisi lisan dapat bertahan sebagai bagian dari masyarakat. Sebab, hal yang paling penting adalah proses transformasi harus tetap berjalan apa pun kondisi yang dialami.
Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai bentuk adaptasi tradisi lisan di masa kenormalan baru. Salah satu upaya tersebut, yaitu memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk melibatkan orang lain. Selain itu, pemanfaatan media digital sebagai bentuk adaptasi dapat membantu untuk memperkenalkan tradisi lisan secara global. Semua orang di berbagai belahan dunia dapat menyaksikannya melalui media digital. Hal itu penting karena tradisi lisan akan semakin ditinggalkan jika tidak mampu beradaptasi dengan kenormalan baru. Komunitas pemilik atau pelaku tradisilah yang harus melakukan pembaruan dan adaptasi.
Pelaksanaan tradisi lisan seperti pertunjukan rakyat menjadi sangat menarik apabila pemilik tradisi mampu memanfaatkan media digital dan internet sebagai sarana publikasi. Penonton tidak perlu menghadiri secara langsung untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Penonton dapat menyaksikan pertunjukan secara daring. Dengan cara seperti itu, tradisi lisan akan tetap bertahan dan berjalan sesuai waktu yang ditentukan tanpa membuat kerumunan orang. Sebab, pelaksanaan tradisi lisan secara rutin berdasarkan waktunya harus tetap dipertahankan di tengah masyarakat. Tradisi lisan memiliki nilai-nilai kebudayaan yang sangat berharga untuk masyarakat. Oleh sebab itu, berbagai pihak memiliki peran untuk menjaga agar tradisi lisan tetap hidup. Baik masyarakat pemilik tradisi maupun pemerintah. Pandemi Covid-19 tidak harus menjadi hambatan bagi pelaksanaan tradisi lisan. Namun, kondisi itu menjadi kesempatan untuk melakukan pembaruan terhadap tradisi tanpa harus mengurangi nilai dan manfaatnya bagi masyarakat.
Selain pertunjukan rakyat, alih wahana cerita rakyat dari teks menjadi sebuah cerita animasi yang dapat dinikmati oleh anak-anak melalui gawai merupakan salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan untuk terus mengembangkan cerita rakyat di masa kenormalan baru. Mendongeng yang merupakan salah satu bentuk sastra lisan dan bagian dari tradisi lisan menjadi menarik bagi anak-anak apabila disajikan dalam bentuk audio visual. Hal itu sejalan dengan pernyataan Muchlis Paeni, Pembina Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), dalam lokakarya daring ATL bahwa cara bertutur dalam transformasi tradisi lisan harus berubah sejalan dengan perkembangan yang ada. Teknologi memungkinkan adanya media tutur baru yang digunakan. Jangkauannya tidak lagi sebatas komunitas pendukungnya tetapi melintasi benua di panggung global.
Menurut saya, hal itu penting karena dapat memberikan keuntungan bagi banyak pihak. Dengan model seperti itu, tradisi lisan dapat dikemas dengan menarik dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau pemilik tradisi di tengah pandemi. Contoh tradisi lisan yang dapat dikemas dengan baik adalah cerita rakyat dan pertunjukan rakyat. Jika cerita rakyat dapat dibuat animasi dan diunduh melalui gawai, tentu akan memberikan keuntungan besar. Demikian juga dengan pertunjukan rakyat, apabila dibuatkan panggung secara daring, tradisi lisan tersebut akan ditonton oleh banyak orang. Para penikmat, pecinta tradisi, dan masyarakat umum akan berupaya untuk menikmatinya meskipun harus berbayar. Memang tidak semua tradisi lisan dapat dilakukan seperti itu, tetapi semua tradisi lisan dapat beradaptasi dengan perubahan jika pemilik dan pelaku tradisi memiliki kemauan untuk melakukan perubahan.