Nita Handayani Hasan
Peneliti di Kantor Bahasa Provinsi Maluku
KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kamus ekabahasa yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan oleh pengguna bahasa Indonesia. Namun, sayangnya masih banyak kosakata dalam KBBI yang belum mampu mengungkapkan berbagai makna. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan kosakata untuk mendorong peningkatan daya ungkap bahasa Indonesia.
Berbagai cara telah dilakukan untuk mendorong peningkatan daya ungkap tersebut. Salah satunya, yaitu dengan pengayaan kosakata bahasa daerah dalam KBBI. Saat ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sedang menggalakkan peningkatan fungsi kosakata bahasa daerah sebagai pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Maluku setiap tahun mengusulkan kosakata bahasa daerah di Maluku dalam KBBI.
Perkembangan penambahan jumlah lema dalam KBBI dari edisi pertama hingga edisi kelima tidak menunjukkan angka yang signifikan. KBBI edisi pertama (1988) hanya memuat 62.100 lema. Hingga kini, KBBI telah memuat kurang lebih 115.000 lema. Sayangnya, jumlah tersebut masih jauh dari jumlah lema dalam Oxford English Dictionary (OED). Pada tahun 2016, OED telah memuat 250.000 lema sedangkan Webster’s Third New International Dictionary tahun 2012 telah memuat 470.000 lema. Perbandingan jumlah lema tersebut semestinya ditanggapi serius. Jumlah 115.000 lema masih jauh dari cukup, padahal Indonesia memiliki kekayaan bahasa daerah yang dapat dijadikan penyokong bahasa Indonesia.
Penambahan lema dalam KBBI dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penerjemahan dan penyerapan. Penerjemahan bermakna mengalihbahasakan kosakata bahasa asli ke bahasa Indonesia, sedangkan penyerapan bermakna menyerap kosakata bahasa asli ke bahasa Indonesia. Proses penyerapan juga harus memperhatikan berbagai kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Salah satunya, penyesuaian lafal dalam bahasa Indonesia.
Bahasa daerah dapat dijadikan penyumbang kosakata dalam KBBI. Saat ini, terdapat banyak kosakata bahasa daerah yang telah digunakan sebagai bahasa Indonesia. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki penutur terbanyak, sehingga kosakata bahasa Jawa banyak diserap dalam KBBI. Contoh kosakata bahasa Jawa yang telah diserap dalam KBBI, yaitu kata keset. Kata keset memiliki makna ‘pengesat kaki, terbuat dari sabut kelapa dan sebagainya’. Setelah bahasa Jawa, bahasa Sunda menjadi pemilik penutur bahasa daerah terbanyak kedua di Indonesia. Kosakata bahasa Sunda juga banyak diserap dalam bahasa Indonesia, sehingga dimasukkan ke KBBI. Contoh kosakata bahasa Sunda yang telah diterima dalam KBBI, yaitu kata bobotoh. Kata bobotoh memiliki makna ‘sebutan untuk pendukung sepak bola’. Selain kedua bahasa tersebut, masih terdapat lebih dari 114 bahasa daerah yang telah menjadi penyumbang kosakata dalm KBBI.
Sama halnya dengan bahasa-bahasa daerah di Indonesia, kosakata bahasa daerah di Provinsi Maluku juga memiliki potensi untuk disumbangkan ke KBBI. Banyak kosakata yang berasal dari Maluku yang telah dikenal oleh masyarakat umum, sehingga dapat diusulkan sebagai kosakata dalam KBBI.
Kantor Bahasa Provinsi Maluku merupakan unit pelaksana teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berkewajiban untuk menambah jumlah lema dalam KBBI. Penambahan jumlah kosakata dalam KBBI dapat dilakukan dengan menambahkan kosakata bahasa daerah. Pengumpulan data kosakata budaya di Maluku telah dilakukan sejak tahun 2016. Bahasa-bahasa daerah dari Maluku yang telah diusulkan, yaitu sebanyak 18 bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah yang telah diambil dan diusulkan, yaitu Hitu, Kei, Kur, Tarangan Timur, Beltubur, Buru, Alune, Karey, Luhu, Kur, Serua, Melayu Ambon, Leti, Woirata, Waru, Boing, Banda Eli, dan Wemale. Bahasa-bahasa daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang berbeda-beda.
Bahasa-bahasa daerah Maluku yang telah terdaftar dalam KBBI, yaitu bahasa Alune, Karey, Kur, Luhu, Melayu Ambon, dan Serua. Jumlah kosakata yang telah masuk ke KBBI yaitu 43 kosakata. Kosakata-kosakata tersebut dapat dilihat pada laman KBBI daring (kbbi.kemdikbud.go.id). Contoh kosakata budaya yang telah diterima dalam KBBI, yaitu bambu gila. Kosakata tersebut berasal dari kosakata Melayu Ambon. Kosakata bambu gila bermakna ‘permainan yang menggunakan bambu sebagai alat’ (Ambon). Contoh kosakata lainnya, yaitu alkon. Kata alkon berasal dari bahasa Karey (salah satu bahasa daerah di Kabupaten Kepulauan Aru). Kata alkon bermakna ‘saluran pembuangan air untuk mengalirkan air yang tergenang dalam badan perahu motor’. Kata tersebut dapat diterima karena mudah dilafalkan (eufonik), berkonotasi positif, mengandung makna yang unik, sesuai kaidah bahasa Indonesia, dan frekuensi penggunaannya tinggi.
Pengusulan kosakata budaya dalam KBBI dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana pun, dan kapan pun. Pengusulan hal tersebut sangat menguntungkan bagi penutur dan pemilik bahasa daerah. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam pengusulan kosakata budaya dalam KBBI sangat diharapkan. Pemilik bahasa daerah dapat mengusulkan kosakata budayanya dengan menjadi pengguna aktif di laman KBBI daring (kbbi.kemdikbud.go.id).