Terapi Daong Pica Mulu Modern bagi Anak Prasekolah

Evi Olivia Kumbangsila

Penerjemah Bahasa di Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Saat keponakan saya mencapai umur dua tahun, dia belum bisa mengucapkan beberapa kata selain, “mama, papa, dan mam”. Ibunya, tantenya, dan tentu saja para oma mulai cemas. Orang Ambon akan menyebut kondisi ini dengan istilah moumou. Kondisi anak belum atau tidak dapat mengucap beberapa kata pada umur tertentu. Akhirnya, tradisi lisan bukan lisan pun berlaku. Para oma mengambil beberapa daun dalam jumlah ganjil dari tumbuhan yang hingga kini saya pun tidak tahu nama ilmiahnya. Kemudian mereka akan memukulkan daun itu pada mulut si anak sambil berucap “capat la bicara” beberapa kali hingga jumlah daun itu selesai digunakan. Mereka percaya dengan memukulkan daun itu ke mulut anak, dia akan langsung berbicara. Percaya atau tidak mitos itu terjadi. Setelah kejadian itu, sang anak akan lancar berbicara. Nama daun itu daong pica mulu. Saya pun tidak tahu sejak kapan masyarakat bersepakat untuk memberi nama daun itu dalam bentuk frasa nomina. Daun itu menjadi terkenal karena khasiatnya yang dipercaya hingga sekarang.

Amanda Soebandi, dalam tulisannya yang dimuat daring tahun 2013 tentang Keterlambatan Bicara menjelaskan bahwa prevalensi keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh 5-8% anak usia prasekolah di Indonesia. Sebesar 20% dari anak berusia dua tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa. Pada usia lima tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Hal ini sering disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua. Lebih tepatnya, orang tua jarang mengajak anak berkomunikasi baik dalam bentuk bermain, mendogeng, atau bersenda gurau.

Di era 4.0 sesungguhnya banyak sekali terapi daong pica mulu modern yang berkhasiat untuk membuat anak lancar berbicara pada usia prasekolah. Sayangnya, tidak banyak orang tua yang menyadarinya. Sebut saja youtube, film, sinetron, dan lain-lain. Namun, di antara terapi modern itu, mendongeng bagi anak adalah salah satu terapi daong pica mulu modern yang sarat dengan manfaat. Terapi ini yang sudah tidak lagi diperhatikan oleh orang tua modern. Padahal para ahli percaya bahwa anak umur 2—4 tahun merupakan masa penuh fantasi dan serba mungkin bagi orang tua untuk bercerita dengan cara mendongeng. Masa ini orang tua dapat membawa imajinasi anak dalam dongeng karena mereka suka mengandaikan diri mereka seperti tokoh dalam dongeng tersebut dan mereka dapat membawa tokoh itu dalam alam bawah sadar mereka. Oleh karena itu, jangan kaget jika anak Anda tiba-tiba memerankan sebuah naskah pendek atau penggalan scene dengan beberapa dialog pendek. Bayangkan jika terapi modern yang Anda berikan kepada anak adalah sinetron FTV atau Film BOX OFFICE atau mungkin drama Korea.

Beberapa ahli juga percaya bahwa pengembangan bahasa pada anak dapat dilakukan dengan metode mendongeng. Faudziddin (2014) dalam tulisannya tentang Pembelajaran PAUD Bermain, Cerita dan Bernyanyi Secara Islami menjelaskan bahwa mengajak anak membayangkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga perilaku-perilaku tokoh dapat dengan mudah diterima oleh kognitif anak merupakan metode mendongeng yang dilakukan untuk mengembangkan bahasa anak. Banyak metode yang digunakan untuk menyampaikan sebuah dongeng yang menarik, seperti mendongeng dengan menggunakan alat ataupun tanpa alat. Mendongeng meggunakan alat biasanya menggunkan boneka jari sebagai tokoh ceria, buku cerita bergambar ataupun dengan alat peraga langsung seperti pohon, rumah, meja, kursi dan lain sebagainya. Sedangkan mendongeng tanpa alat sangat membutuhkan penguasaan ekspresi wajah, gerak tubuh dan juga suara.

Sedangkan Wiyani (2014) dalam bukunya Psikologi perkembangan anak usia dini panduan bagi orang tua dan pendidik PAUD dalam memahami serta mendidik anak usia dini yang dikutip dari sebuah penulisan skripsi mahasiswa psikologi Muhamadiyah Kalimantan Selatan (2018) menjelaskan bahwa “penambahan kosakata baru dapat dilakukan dengan pembawa cerita menunjuk langsung alat peraga atau memperaktikkan langsung suatu perilaku, sehinga anak dapat melihat secara langsung. Ini sangat efektif karena pada usia itu, anak sering mencontoh perilaku yang dilihatnya dari orang tua atau orang lain yang ada di sekitarnya.” Selain itu, pesan moral yang ditambahkan dalam dongeng akan menambah kosakota baru bagi anak terkait perilaku dalam bersosialisasi. Kosakata pada anak yang bertambah dari mendengarkan dongeng juga tentu saja kosakata terpilih, kosakata yang benar-benar disaring untuk usia anak tersebut.

Bahan dongeng sangatlah banyak. Cerita rakyat merupakan salah satu pilihan bahan dongeng yang dapat menambah kemampuan kosakata anak baik bahasa Indonesianya maupun bahasa daerahnya. Namun, cerita rakyat pun harus disaring oleh orang tua. Pada anak usia prasekolah, orang tua sebaiknya memilih cerita rakyat yang tidak berbau sejarah. Cerita rakyat yang berbau sejarah biasanya lebih identik dengan intrik peperangan yang pastinya banyak menggunakan kata-kata yang kasar atau vulgar seperti membunuh, menghujamkan pedang, menebas, dan sebagainya. Sebaiknya orang tua memilih cerita rakyat yang bergenre fabel atau mitos. Selain itu, cerita rakyat dapat menambah kosakata budaya juga kosakata dalam bahasa daerah jika cerita rakyat itu dapat dituturkan dalam bahasa daerah setempat.

Proses mendongeng haruslah dimulai sejak anak ada di dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun sebagai bentuk pembiasaan berliterasi sejak dini. Jika proses ini terlewati, terapi daong pica mulu akan terus dilaksanakan di tengah masyarakat modern. Mitos ini mungkin saja berhasil sesuai kepercayaan, tetapi tidak membantu penambahan kosakata anak dan kepercayaan diri berbicara.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one + 2 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top