Etika Berbahasa dalam Komunikasi Verbal

David Rici Ricardo, S.S

Pengkaji di Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Artikel ini telah terbit di harian Kabar Timur

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki arti bahwa manusia memiliki hubungan timbal balik dengan manusia lain. Hal itu dapat terlihat jelas di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan kehadiran sesama karena tidak dapat hidup sendiri. Manusia dalam aktivitasnya sehari-hari, tidak terlepas dari adanya interaksi dan sosialisasi dengan sesama. Baik interaksi maupun sosialisasi, tentunya terjalin lewat komunikasi. Komunikasi dapat membuat hubungan antarsesama menjadi baik maupun buruk. Komunikasi yang baik akan membuat hubungan antarsesama menjadi baik dan komunikasi yang buruk akan membuat hubungan antarsesama menjadi renggang/buruk.

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2006:5). Berdasarkan pengertian itu, komunikasi selain bertujuan untuk memberi tahu informasi atau pendapat, juga dapat mengubah sikap atau perilaku seseorang. Bagaimana komunikasi itu dapat mengubah sikap atau perilaku seseorang, jika komunikasi itu dilakukan dengan bahasa yang tidak beretika? Etika berbahasa saat berlangsungnya komunikasi sebagai kunci dapat mengubah sikap atau perilaku seseorang. Komunikasi tentunya tidak terlepas dari adanya pengirim pesan dan penerima pesan. Dari pengertian di atas, jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘seseorang’ adalah pengirim pesan dan ‘orang lain’ adalah penerima pesan. Pengirim pesan biasanya disebut dengan istilah komunikator dan penerima pesan biasanya disebut dengan istilah komunikan.

Alat yang dipakai manusia baik dalam berkomunikasi, berinteraksi, maupun bersosialisasi di dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan berbagai hal seperti ide, perasaan, gagasan, bahkan pokok pikiran dari komunikator kepada komunikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa tentunya memegang peranan yang sangat penting agar komunikasi itu berjalan dengan lancar dan efektif. Selain itu, bahasa tentunya merepresentasikan budaya dari pengguna bahasa itu. Hal itu bisa dipastikan karena bahasa berada di tengah-tengah kehidupan sosial budaya dari pengguna bahasa tersebut.

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sopan, ramah, dan beretika. Sopan, ramah, dan beretika tidak hanya dapat dilihat dari perilaku seseorang, melainkan juga dapat dilihat dari komunikasi verbal (lisan dan tulisan) yang dilakukan oleh seseorang. Indonesia sebagai negara yang menganut budaya timur sudah sepatutnya memang merepresentasikan itu. Sopan, ramah, dan beretika itu merupakan pengejawantahan dari budaya yang hidup, tumbuh, bahkan berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Komunikasi verbal (lisan dan tulisan) yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia tentunya harus memiliki etika. Hal itu sejalan dengan pendapat Abdul Chaer (Kesantunan Berbahasa, 2010), bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi, yakni kosopanan berbahasa, kesantunan berbahasa, dan etika berbahasa. Etika berbahasa sangat erat hubungannya dengan budaya dari pengguna bahasa tersebut. Tidak ada satu pun budaya yang ada di masyarakat Indonesia yang bertentangan akan etika itu. Etika dalam berbahasa harusnya menjadi gaya hidup seluruh masyarakat Indonesia, mengingat negara kita menganut budaya timur.

Etika berbahasa ini antara lain akan “mengatur” (a) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguitik dan budaya tertentu; (c) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan orang lain; (d) kapan kita harus diam; (e) bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita di dalam berbicara itu (Chaer dan Agustina, 2014:172). Dari pendapat tersebut, sangat jelas bahwa etika berbahasa sangat perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Jika lima poin itu diperhatikan, maka komunikasi yang berlangsung dapat dikategorikan beretika. Pengguna bahasa dapat dikatakan bijak dan cerdas apabila memahami cara dan etika berbahasa itu.

Etika berbahasa pada poin (a) dan (b) adalah mengatur tentang siapa yang berbicara, kepada siapa berbicara, menggunakan bahasa apa, tentang apa, kapan berbicara, di mana berbicara, dan apa tujuan berbicara. Selanjutnya, poin (c) dan (d) adalah mengatur tentang  ketertiban berbahasa, kapan harus berbicara, kapan harus diam, dan kapan harus menyela pembicaraan orang lain. Poin (e) adalah mengatur tentang tinggi rendahnya suara dan gerakan tubuh saat berbicara.

Etika berbahasa pada akhir-akhir ini tampaknya tidak diperhatikan oleh sebagian masyarakat dan netizen di Indonesia saat berkomunikasi verbal (baik lisan maupun tulis). Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya unggahan komentar, status, dan video di media sosial (facebook, tiktok, twitter, youtube, instagram, dan sebagainya) yang beredar bahkan viral di tengah-tengah masyarakat Indonesia secara masif. Etika berbahasa tidak lagi menjadi rambu-rambu yang digunakan dalam berbahasa. Media sosial pun berubah fungsi menjadi alat dalam melampiaskan atau meluapkan emosi seperti menggunakan kata-kata ataupun kalimat yang mengandung cacian, hinaan, kebencian, umpatan, bahkan sesuatu yang tidak pantas atau sangat tidak beretika untuk diucapkan atau dituliskan. Sudah dijelaskan di atas bahwa bahasa merepresentasikan budaya. Dengan melihat fenomena kebahasaan yang terjadi itu, sebagian masyarakat dan netizen di Indonesia itu merepresentasikan budaya apa?

Indonesia sebagai negara yang menganut budaya timur dan dikenal sebagai masyarakat yang sopan, ramah, dan beretika sudah sepatutnya juga tercermin dalam berbahasa. Etika berbahasa sangat diperlukan pada saat berkomunikasi. Etika berbahasa hendaknya diperhatikan dalam komunikasi verbal dengan memperhatikan lima poin di atas. Masyarakat yang bijak adalah masyarakat yang merepresentasikan budayanya. Dengan memperhatikan etika berbahasa secara baik dan kontinu, maka akan terwujudlah masyarakat Indonesia yang aman, damai, tenteram, dan terhindar dari pertikaian maupun perpecahan.

1 komentar untuk “Etika Berbahasa dalam Komunikasi Verbal”

  1. Penjelasan, yang sangat detail. Intinya Bahasa adalah alat untuk menyampaikan suatu hal kepada yang bersangkutan. Komunikasi verba maksudnya adalah, bahasa dan tulisan adalah alat untuk menyampaikan pesan, atau hal yang ingin dimaksud. Setiap yang berbahasa mengikuti adat atau budaya, kebiasaan tertentu, kita sebagai negara yang menganut etika berbahasa dari Timur sudah semestinya menggunakan tata bicara yang sopan dan santun, jelas tersampaikan. Dikarenakan tujuan berbahasa adalah agar tersampainya hal yang dimaksud, oleh karena itulah etika bahasa harus dikenakan ketika berbahasa. Sekian Terimakasih, maaf jika ada salah kata.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × 3 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top