Menjadi Perancah Literasi di Maluku

Eka Julianty Saimima, S.S.

Pengkaji Bahasa dan Sastra di Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Artikel ini telah terbit di harian Kabar Timur

Literasi merupakan komponen penting dari kehidupan manusia. Jika seseorang mampu berliterasi, ia akan memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan dirinya. Seseorang juga akan lebih memahami hak-hak hidupnya dan mendapat manfaat dari pemahaman ini. Dokumen UNESCO strategy for youth and adult literacy (2020-2025) yang dipublikasikan pada tahun 2019 juga menguatkan kontribusi literasi untuk memberdayakan perempuan dan orang-orang serta kelompok lain yang kurang beruntung sehingga mereka bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Oleh karena itu, memastikan akses ke penyediaan literasi merupakan upaya utama untuk mengubah kehidupan jutaan orang.

Sayangnya, literasi membaca yang cukup substansial di Indonesia masih menjadi barang yang mahal. Hasil PISA 2018 menunjukkan kemampuan rata-rata membaca siswa Indonesia ialah 371 atau 80 poin di bawah rata-rata. Berdasarkan Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia tahun 2019 rata-rata tingkat kegemaran membaca sebesar 53,84 atau berada pada kategori “sedang”. Maluku berada pada peringkat 26 dari 34 provinsi di Indonesia dengan tingkat kegemaran membaca sebesar 52,90.

Tingkat literasi membaca yang masih tergolong rendah bersaing dengan kebutuhan di era 4.0 yang kental dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan 6C sebagai kemampuan yang harus dimiliki pada era 4.0 menjadi sulit dicapai jika literasi membaca saja belum diadopsi sebagai bagian hidup. Laporan United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2006 memaparkan adanya hubungan yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia melalui literasi. Pertumbuhan ekonomi dan tantangan abad 21 mesti dihadapi masyarakat Maluku.

Untuk menghadapi tantangan zaman ini, masyarakat Maluku hendaklah masohi menjadi perancah literasi. Menurut KBBI, perancah adalah bambu (papan dan sebagainya) yang menjadi tumpuan ketika suatu bangunan (rumah dan sebagainya) sedang dibangun. Perancah dalam konteks literasi sering disamakan dengan penyokong. Namun, fungsi perancah bukan hanya menyokong melainkan memungkinkan pekerja untuk terus bekerja menyelesaikan bangunan. Prinsip perancah ini dapat diaplikasikan di bumi raja-raja. Razfar dan Guiterrez (2003) dalam tulisannya yang berjudul Reconceptualizing Early Childhood Literacy: The Sociocultural Influence menerangkan bahwa keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat secara bersama dapat menjadi penyokong dan platform bagi sesama dalam peningkatan literasi.

Keluarga adalah hulu generasi yang literat. Oleh karena itu, menciptakan rumah yang kaya literasi bisa menjadi cara yang ampuh untuk menumbuhkan bibit literasi. Rumah yang kaya literasi tidak hanya sebatas pada ketersediaan buku atau sumber digital di rumah, tetapi bagaimana orang tua dapat menjadi teladan literasi bagi anak-anak. Selain membacakan buku kepada anak, orang tua yang membaca buku menjadi model di lingkungan keluarga. Berdasarkan tulisan Makin (2003) yang berjudul Creating Positive Literacy Learning Environments in Early Childhood, cara lain menumbuhkan sikap positif terhadap literasi membaca anak ialah dengan mengunjungi perpustakaan atau toko buku.

Sekolah dan perguruan tinggi yang merupakan institusi formal juga berperan menjadi perancah literasi. Berdasarkan analisis data PISA 2018, terdapat tiga variabel penting yang berpengaruh terhadap kemampuan literasi dasar siswa, yaitu rasa senang membaca siswa, strategi metakognisi membaca, dan iklim kedisiplinan kelas. Hal-hal ini ditingkatkan secara eksplisit di sekolah.  Sekolah dan perguruan tinggi memiliki tenaga profesional yang mengajar di bidang mereka masing-masing sehingga mereka dapat menjadi perancah literasi dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama anak didiknya. Guru atau dosen dapat membangkitkan rasa senang membaca siswa/mahasiswa dengan menggunakan berbagai cara, seperti membuat variasi dalam aktivitas membaca dan membuat lingkungan kelas kaya akan teks. Selain itu, untuk menyokong literasi, sekolah dan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan prasarana lain, seperti perpustakaan dan pojok baca. Ketersediaan buku yang beragam mendukung lingkungan sekolah dan perguruan tinggi yang literat. Selain itu, prasarana lain, seperti komputer dan akses internet juga menunjang literasi di institusi pendidikan.

Sokongan masyarakat juga diperlukan. Komunitas yang terbiasa membaca akan membentuk lingkungan yang memiliki budaya literasi. Inisiatif masyarakat membuat pojok baca atau taman baca membantu keluarga yang tidak memiliki buku bacaan. Kehadiran komunitas literasi di daerah memberikan sumbangsih besar bagi budaya literasi di masyarakat. Dukungan pihak swasta dan dunia usaha dalam bentuk donasi bagi taman baca yang ada di masyarakat menopang masohi literasi Maluku.  Tokoh masyarakat yang berpengaruh, seperti tokoh agama dan influencer digital, juga dapat meyakinkan masyarakat betapa pentingnya literasi dalam kehidupan di era abad 21 ini.

Pemerintah pusat maupun daerah juga dapat menopang literasi dengan berbagai program. Budaya membaca masyarakat dan indeks pembangunan literasi masyarakat yang meningkat merupakan fokus pemerintah pusat. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diadakan sejak 2016 secara nasional untuk mendukung penguatan literasi di sekolah. Pengukuhan Bunda Literasi Maluku dan program-program literasi lainnya di tingkat provinsi dan kota/kabupaten juga harus terus dilaksanakan. Pemerintah mesti terus cermat mengamati kebutuhan literasi masyarakat. Eksistensi perpustakaan daerah dan digitalisasi buku terbitan lokal juga merupakan pendukung literasi di Maluku.

Piagam penghargaan yang diraih Maluku sebagai provinsi dengan nilai Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat tertinggi kedua pada tahun 2021 menunjukkan usaha keras semua perancah literasi yang ada di Maluku. Perjalanan pengembangan literasi di Maluku masih panjang. Mari katong masohi menjadi perancah literasi di Maluku.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirteen + nineteen =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top