Kegiatan Kemah Penulisan Cerpen Berbahasa Daerah Tunas Bahasa Ibu telah sukses diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Maluku. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai dari tanggal 10—13 Januari 2023 di Hotel Everbright, Kota Ambon.
Kegiatan tersebut dibuka dan ditutup secara resmi oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Sahril, S.S., M.Pd.. Kegiatan ini diikuti oleh peserta yang merupakan juara pertama dari mata lomba Menulis Cerpen di tiga kabupaten pada pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat kabupaten pada tahun 2022. Tiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Adapun seluruh peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah:
No | Kabupaten | Nama Peserta |
1 | Buru | Safira Tasidjawa |
2 | Buru | Grasia Anugrah Bihuku |
3 | Maluku Tenggara | Klementina Desiana Ohoiwutun |
4 | Maluku Tenggara | Koleta Latbual |
5 | Kepulauan Tanimbar | Maria Blessing Buksalwembun |
Kelima peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah penutur-penutur muda yang dihasilkan dari pelaksanaan FTBI tahun 2022 yang lalu. Mereka adalah penutur-penutur muda yang hebat dalam menggunakan dan memahami bahasa daerahnya masing-masing. Hal itu bisa dibuktikan dari fasihnya mereka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Bukti yang lain adalah fasihnya seluruh peserta dalam menerjemahkan hasil cerpennya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerahnya masing-masing.
Tujuan kegiatan kemah cerpen ini adalah melatih para siswa SD dan atau SMP untuk lebih intensif dalam menulis cerita pendek berbahasa daerah sebagai tindak lanjut dari Revitalisasi Bahasa Daerah yang diluncurkan pada Merdeka Belajar Episode Ke-17 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Selama tiga hari kemah cerpen tersebut, seluruh peserta dilatih untuk menghasilkan cerpen dengan menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Ada yang menggunakan bahasa Buru, bahasa Kei, dan bahasa Yamdena.
Dalam menghasilkan cerpen yang menarik, Kantor Bahasa Provinsi Maluku menghadirkan sastrawan-satrawan hebat dan terkenal yang sudah memiliki karya di Maluku untuk menjadi pelatih. Pelatih/kurator yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Rudi Fofid (Sastrawan Maluku) dan Eko Saputra Poceratu (Sastrawan Maluku). Selain itu, pelatih/kurator juga didampingi langsung oleh para penutur jati bahasa Yamdena, Johanis Rumwarin dan bahasa Buru, Imelda Grasya Lesnussa.
Dalam waktu tiga hari pelaksanaan kemah cerpen tersebut, kelima peserta telah menghasilkan cerpen menarik yang mengangkat kearifan lokal daerah mereka masing-masing. Kearifan lokal tersebut membuat cerpen itu menjadi hidup dan semakin menarik. Bayangkan, anak-anak SD dan SMP ini mampu menghasilkan cerpen dengan mengangkat kearifan lokal daerah masing-masing dengan menggunakan bahasa anak-anak.
Dua orang anak yang berasal dari Kabupaten Buru menghasilkan cerpen yang berjudul Sang Penolong Fili Hutan Kayu Putih (Sang Penolong Dari Hutan Kayu Putih), karya Safira Tasidjawa dan Wajik Feten Ngei Nenek (Wajik Feten Untuk Nenek), karya Grasia Anugrah Bihuku.
Dua orang anak yang berasal dari Kabupaten Maluku Tenggara menghasilkan cerpen yang berjudul Tantanan Maswan En Var Uk Vadad (Gelang Adat Bawa Damai), karya Koleta Latbual dan Mam Kot n’ben Soi Evav (Sang Penari Cilik), karya Klementina Desiana Ohoiwutun.
Satu orang anak yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maria Blessing Buksalwembun menghasilkan karya Rakumak Na Empun Ni Lete (Bakar Batu di Kebun Opa).
Seluruh cerpen yang dihasilkan oleh lima anak yang berasal dari Provinsi Maluku itu, akan digabung dengan 8 provinsi lain yang terpilih dari 34 provinsi. Hasilnya tentunya adalah dalam bentuk antologi cerpen. Antologi cerpen tersebut akan diluncurkan langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim pada tanggal 13 Februari 2023 di Jakarta.
Manfaat buku antologi cerpen ini bisa digunakan sebagai sarana pemerkuat revitalisasi bahasa daerah. Selain itu, antologi cerpen ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan pengayaan sebagai khazanah keberagaman bahan literasi di tanah air. Buku antologi cerpen yang dihasilkan ini tentunya sangat istimewa karena ditulis oleh anak-anak, dari sudut pandang dan kacamata anak-anak, dan akan dinikmati oleh anak-anak lainnya seusia mereka. Pelaksanaan Kemah Penulisan Cerpen Berbahasa Daerah Tunas Bahasa Ibu ini diharapkan dapat menghasilkan cerpenis-cerpenis muda yang mewarnai kancah sastra daerah di Indonesia.