Muh. Ilyas, S.S.
Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Maluku
(Artikel ini telah terbit di harian Siwalima)
Teknologi terus berkembang tanpa mengenal kata henti. Terobosan-terobosan dalam dunia teknologi terus bermunculan dengan cepat seakan sedang berlari. Jika kita mengingat kondisi sekitar 20 tahun lalu, ponsel dengan layar monokrom masih merupakan hal yang sangat mewah. Mari bandingkan dengan kondisi saat ini. Penggunaan gawai adalah suatu hal yang lumrah di semua kalangan bahkan anak balita.
Kemudahan yang disuguhkan oleh hadirnya teknologi membuat semua orang susah terlepas dari media digital. Jutaan informasi yang ada di seluruh dunia dapat dijangkau hanya dengan menggerakkan jemari. Kebutuhan manusia akan informasi yang mutakhir menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari perangkat digital, seperti gawai dan internet.
Indonesia menjadi negara dengan durasi bermain gawai terlama di dunia, yakni 5,7 jam perhari (Data.id). Orang Indonesia cenderung menggunakan gawai untuk menikmati konten hiburan dan video-video pendek dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan tingkat kegemaran membaca di negeri kita ini. Menurut data Badan Pusat Statistik, rata-rata durasi membaca masyarakat Indonesia hanya mencapai 4—5 jam perminggu. Jika dihitung berdasarkan hari, durasi membaca maksimal kita hanya mencapai 42 menit perhari. BPS menjelaskan bahwa tingkat kegemaran membaca merupakan tingkat perilaku masyarakat dalam memperoleh informasi dari berbagai bentuk media. Jadi, durasi membaca 42 menit perhari tersebut bukan hanya durasi membaca dari media buku saja tetapi bisa saja durasi membaca takarir (caption) Instagram, berita-berita terusan dalam grup keluarga di WhatsApp, dan lain-lain juga ikut mengambil porsi dari waktu yang tergolong sedikit itu.
Data-data di atas menunjukkan permasalahan yang menjadi tantangan besar bagi kita semua. Bagaimana cara meningkatkan tingkat literasi di negeri kita? Bagaimana caranya agar bacaan-bacaan yang dibutuhkan generasi muda bisa sampai ke sasaran yang tepat sedangkan masyarakat kita lebih suka berselancar di media sosial daripada membaca buku?
Menanggapi persoalan ini, Kantor Bahasa Provinsi Maluku dan Duta Bahasa Provinsi Maluku mencoba membuat sebuah langkah kecil. Alih-alih mengimbau masyarakat meletakkan gawai dan membaca buku, akan lebih efisien jika bentuk buku-buku tersebut diubah dan disuguhkan ke dalam gawai yang lebih akrab dengan masyarakat terutama generasi muda.
Dengan menggandeng generasi-generasi muda dari beberapa SMA di Kota Ambon, Duta Bahasa Provinsi Maluku melakukan Pelatihan Alih Wahana Sastra Daerah. Menurut Sapardi Djoko Damono (2012), alih wahana merupakan peralihan kesenian dari satu media ke media yang lain. Peralihan bentuk ini adalah upaya adaptasi sastra mengikuti perkembangan zaman dan melindungi sastra terutama sastra daerah dari ancaman kepunahan. Dalam kegiatan ini, cerita-cerita rakyat yang ada di Maluku dialihwahanakan dari bentuk buku menjadi video gerak henti atau lebih dikenal dengan istilah stop motion.
Kegiatan Krida Duta Bahasa: Alih Wahana Sastra Daerah yang diadakan dari 11 februari—11 maret 2023 ini diharapkan dapat menghasilkan konten yang bermanfaat yang lebih mudah dinikmati oleh semua orang terutama generasi muda di Maluku. Selain itu, kagiatan ini merupakan kampanye kepedulian generasi muda terhadap bahasa dan sastra daerah. Kegiatan ini melibatkan 30 siswa tingkat SMA yang ada di Kota Ambon dan akan menghasilkan sepuluh video pendek cerita rakyat dari berbagai daerah dan bahasa di Maluku.
Dengan membuat video pendek tentang cerita rakyat Maluku, Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Duta Bahasa Provinsi Maluku, dan 30 siswa SMA di Kota Ambon telah melakukan pelindungan sekaligus pemodernan bahasa dan sastra daerah. Sastra daerah dalam hal ini cerita rakyat Maluku akan lebih mudah dinikmati kapan saja dan di mana saja sehingga resiko kepunahannya bisa dikurangi. Melalui kegiatan ini pun, para siswa yang terlibat bisa mengetahui alasan pentingnya melestarikan bahasa dan sastra daerah. para siswa diharapkan dapat mengimbaskan kepedulian terhadap bahasa dan sastra daerah tersebut kepada keluarga, guru-guru, dan teman-teman di sekolahnya.