Kesantunan Berbahasa di Era Digital

Herni Paembonan, S.S.

Widyabasa Ahli Pertama Kantor Bahasa Provinsi Maluku

(Artikel ini telah terbit di harian Siwalima)

Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyalurkan berbagai macam ekspresi. Bahasa berperan sebagai perantara pesan antara individu satu dengan individu lainnya. Berbahasa bukan hanya tentang ide, gagasan, dan pendapat kepada orang lain, tetapi ada aspek-aspek lain yang juga perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan berbahasa. Aspek-aspek tersebut seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Bahasa terdiri atas dua kelompok besar, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua kelompok bahasa tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu sebagai alat komunikasi dengan pihak lain dalam usaha menyampaikan pesan. Terciptanya bahasa yang komunikatif biasanya bergantung pada pemilihan kata oleh penutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Mustakim dalam bukunya tentang penyuluhan bahasa Indonesia (2015:46) bahwa pemilihan kata dalam berbahasa merupakan aspek yang sangat penting karena kata yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa, mengganggu kejelasan pesan yang disampaikan, dan merusak situasi komunikasi.

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak luput dari komunikasi tentu memerlukan suatu cara untuk berbahasa. Artinya, berbahasa harus sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh penuturnya sehingga tidak menimbulkan stigma yang tidak baik. Komunikasi yang tidak baik akan memberikan label buruk pada nilai budaya yang dianut, misalnya dicap sebagai orang yang tidak memiliki etika, sombong, bahkan tidak berbudaya. Bahasa menunjukkan identitas bangsa. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan media bahasa harus menunjukkan adab kita sebagai bangsa yang dikenal toleran, suka menghargai, sopan, dan selalu menjunjung tinggi norma-norma kebudayaan.  Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kesantunan dalam berbahasa. 

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengat sangat cepat. Berbagai macam kecanggihan dan kemodernan muncul di era digital ini, termasuk dalam hal komunikasi. Komunikasi yang dimaskud adalah komunikasi melalui media sosial. Media sosial adalah salah satu jenis media daring yang dapat mendukung terjadinya interaksi sosial berbasis teknologi internet. Penggunaan bahasa melalui media sosial di era digital ini menjadi perhatian dari para pakar linguistik, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di luar Indonesia. Adapun media sosial yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTokTelegram, Twitter, FB Messenger, dan forum-forum diskusi virtual lainnya.Media sosial dapat memberikan dampak positif bagi penggunanya jika digunakan dengan bertanggung jawab. Salah satu dampak yang baik adalah memudahkan seseorang dalam menyampaikan informasi apapun kepada masyarakat. 

Ironisnya, di era digital ini khususnya pada media sosial banyak ditemukan fenomena penggunaan bahasa yang mengabaikan sisi-sisi kesantunan bahkan cenderung mengandung majas atau gaya bahasa sarkasme. Sarkasme merupakan kata-kata yang sengaja digunakan seseorang untuk menyinggung dan melukai hati orang lain, ras, dan suku tertentu yang menjadi mitra tuturnya. Sarkasme yang dimaksud ialah tentang pemilihan kata yang bermakna mencemooh, mengumpat, mencaci maki, bahkan merendahkan martabat seseorang yang disampaikan secara terbuka pada khalayak. 

Dampak penggunaan bahasa yang tidak tepat dalam bermedia sosial dapat menjadi ancaman bagi kita. Salah satu ancamannya adalah berpotensi berujung pada pidana. Bahasa bagaikan pedang bermata dua. Satu sisi bahasa dapat memperkuat identitas kita, di sisi lain bahasa dapat menjerumuskan kita ketika digunakan dengan tidak sehat.  Sudah banyak kasus yang berkaitan dengan aktivitas seseorang di media sosial yang berujung pada kasus hukum. Selain itu, juga dapat memberikan dampak psikologi, misalnya dari ujaran-ujaran yang tidak sopan. Sasaran dari tuturan tersebut akan merasa terhina dan terpojokkan karena disampaikan ke publik. 

Santun berbahasa di era digital dapat melahirkan individu-individu berbudaya yang saling menghargai jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Berikut ini beberapa strategi yang perlu diperhatikan ketika akan mengunggah di media sosial yaitu:

  1. Hindari unggahan yang mengandung pertentangan SARA dalam bentuk apapun. 
  2. Gunakan bahasa yang santun dengan memperhatikan pilihan kata.
  3. Membedakan obrolan pribadi dan obrolan publik.
  4. Cek kebenaran tautan atau informasi sebelum membagikan. 
  5. Pahami maksud dari konten atau tulisan sebelum memberikan komentar dan pandangan pribadi. 
  6. Hindari mengunggah di media sosial ketika sedang marah atau emosi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 − ten =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top