BERITA HOAKS

Adi Syaiful Mukhtar

Staf Kantor Bahasa Maluku

Hampir semua pengguna internet di dunia ini, khususnya di Indonesia, memiliki akun media sosial. Perilaku warganet (nitizen) di media sosial tersebut tidak sepenuhnya dibarengi dengan sikap santun. Tidak hanya sikap santun, kesadaran akan kebutuhan informasi yang aktual dan terpercaya pun diabaikan. Proses demokrasi cenderung berjalan bebas, kasar, dan tidak beretika. Hal itu bisa disimpulkan dari banyaknya media sosial yang memuat berita hoaks dengan tujuan untuk provokasi, ujaran kebencian, hingga penyebaran paham radikal.

Survei Mastel tentang Hoaks Nasional pada Februari 2017 telah merangkum beberapa jawaban dari masyarakat tentang pengertian hoaks. Sebanyak 61,60% menyatakan bahwa hoaks adalah berita atau kabar bohong yang sifatnya menghasut. Hoaks menurut KBBI adalah informasi bohong. Terkait hal tersebut, Presiden Jokowi juga telah sering menyuarakan untuk menghentikan penyebaran berita bohong dan fitnah karena akan menganggu ketenteraman dalam berbangsa dan bernegara.

Berita hoaks yang biasanya ditulis di media sosial tampaknya akan mudah menyebar. terlebih pada kaum milenial yang sudah berada pada era Industri 4.0 yang mengandalkan cyber-physical. Kaum milenial lebih memilih literasi informasi melalui media sosial karena kemampuan untuk aksesnya lebih mudah, dinilai lebih kritis, dan penggunaannya lebih kreatif. Banyak ungkapan yang telah menjadi jargon nasional. Salah satunya adalah saring sebelum sharing. Namun, kita perlu mengetahui ciri-ciri berita hoaks sebelum sebuah berita kita bagikan.

Bekal kita sebagai pembaca informasi di media sosial atau suatu portal berita sangatlah penting. Ciri berita hoaks yang biasanya disebar melalui WAG (Whatsapp Group), FB, IG, dan sebagainya, biasanya ditulis dengan huruf kapital dan tebal. Kita perlu hati-hati dengan tulisan-tulisan di medsos yang mempunyai tipografi huruf seperti ini. Selain tipografinya, kalimat berita disertai dengan ajakan untuk membagikan berita tersebut. Ajakan tersebut biasanya sangat provokatif seperti share, sebarkan, dan sebagainya.

Secara visual, berita hoaks biasanya disertai dengan gambar atau foto pendukung berita. Gambar atau foto tersebut juga sangat provokatif. Selain itu, biasanya foto yang disertakan sangat mengerikan atau menyentuh perasaan. Namun, biasanya foto yang menyertai berita tersebut diambil di internet yang sebenarnya bisa kita lacak di internet. Selain gambar atau foto, berita hoaks biasanya memiliki judul yang bombastis dan sifatnya mengadu domba dua objek berita. Hal tersebut dikarenakan berita hoaks biasanya menggunakan singkatan vs (versus) antarobjek yang dibahas. Lalu, yang terpenting dalam identifikasi berita hoaks adalah sumber berita. Biasanya pelaku berita hoaks menggunakan laman gratis seperti blogspot.com maupun laman gratis lainnya. Jika di media sosial, biasanya mereka menggunakan alamat akun medsos yang tidak terverifikasi. Karakteristik berita hoaks biasanya memang menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan, dan kadang berisi pemujaan terhadap sesuatu yang berlebihan. Ajakan-ajakan yang termuat dalam berita hoaks tersebut bersifat sepihak. Ajakan provokatif seperti viralkan, hancurkan, lawan, dan sebagainya bukanlah ciri berita atau informasi yang baik. Sebab, informasi yang baik bukan berisi perjuangan untuk menyerang objek yang diberitakan. Lebih parah lagi jika ada berita yang isinya memanfaatkan fanatisme agama, trauma masa lalu, ideologi, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagai pembaca yang baik, kita perlu memperhatikan semua kabar di internet melalui tipografinya hingga sumbernya agar kita tidak termasuk bagian dari penyebar berita hoaks.                  

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6 − 4 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top